Buscar

Sampai kapan aku harus menunggu?
Sampai kapan kamu harus meyakinkan hatimu akan aku
Bukankah kamu tahu, menunggu itu tidak mudah
Apalagi kamu tidak bisa menjamin akan menggenggam tanganku nantinya
Jika nanti kamu malah membawa orang lain didepanku
Aku bisa apa?
Dan kamu bisa apa untuk mengganti seluruh waktuku selama menunggumu?

Kembali dan mengucapkan kata maaf saja
Kamu akan tetap bahagia walau tanpa aku
Tapi untukku bahagiaku itu kamu
Itu kamu.
Iya yang ada didepanku kini tetaplah kamu yang dulu
Yang senyumnya ku sukai
Yang suaranya ku rindu
Yang wajahnya ku patri dalam hatiku

Tapi waktu tidak memberikan kesempatan bagiku untuk menggenggam tanganmu
Setidaknya dengan begitu kamu tahu disini ada aku
Bukan malah berpaling lalu pergi meninggalkanku begitu saja
Disaat aku lelah dengan rasa ini
Lelah dengan cinta sendiri ini
Aku hanya dapat diam
Beristirahat sejenak untuk kemudian kembali berjalan
Tidak tahukah kamu, disaat seperti ini aku akan menjadi seseorang yang sangat lemah
Aku rapuh namun tetap angkuh ingin terlihat kuat
Ingin rasanya menangis agar beban ini tidak terlalu berat terasa
Tapi apa daya, air mata pun tidak membiarkanku terlihat lemah didepanmu
Ketika aku jatuh cinta padamu aku merasa bahagia
Tidak bisakah ketika aku terluka karenamu pun aku akan tetap bahagia?

Jangan Tanya Keadaanku Lagi

Malam ini. Satu ingatan tentangmu kembali hadir dalam pikiranku. Sebenarnya aku ingin sangat-sangat melupakannya, sangat ingin membuang semua ingatan ini. Karena setiap aku teringat akan ini, ada rasa perih dalam hatiku dan aku merasa marah. Aku merasa bodoh, aku kesal karena baru menyadari bahwa dulu (bahkan mungkin sampai saat ini) dimatamu aku hanyalah debu yang tak terlihat. Dapat terbang lemah jika kau kibaskan tanganmu. Dimatamu aku sangatlah rendahan.

Aku tahu, kamu pintar dan aku bodoh. Tapi aku tidak sebodoh kamu yang memiliki pikiran bahwa orang lain itu lebih rendah darimu. Aku tidak akan ingin memandang remeh orang lain. Sepele memang tapi jujur aku tidak bisa memaafkannya sampai detik ini.

Tadi sore, dia mengirim pesan singkat dihandphoneku. Iya dia, wanitamu. Dia menanyakan kabarku, bagaimana kuliahku, bagaimana persiapan tugas akhirku. Tapi tidak aku balas. Karena apa? AKU MALAS. Mungkin aku su'udzon dengan berpikir bahwa dia mengirim pesan itu untuk mengetahui bagaimana keadanku lalu melaporkannya padamu. Tenang saja. Hidupku masih baik-baik saja. Hidupku masih tetap indah seperti dulu. Tidak akan hancur hanya dengan karenamu. Tidak!

Hidupku tetap harus berjalan, dengan atau tanpa kamu!

Bukankah dari awal aku sudah menunjukan rasa tidak sukaku padamu. Lalu kenapa kamu masih mengurusi kehidupanku. Memangnya siapa kamu?
Tidak bisakah kamu, jika pergi, pergilah saja. Tidak usah mengkhawatirkan kehidupanku bahkan sampai memikirkan kehidupanku. Urus saja urusanmu dan jangan campuri kehidupanku.

Tidak bisakah kamu berubah tak acuh padaku. Rasa yang dulu itu sudah tidak ada lagi. Tak usahlah kau cari. Pergi saja! Bukankah aku masih bisa bahagia. Lihat saja aku masih bisa tertawa. Jadi jangan tanya lagi bagaimana keadaanku. Aku baik-baik saja tanpamu. Sangat baik-baik saja!

Jadi apa kamu sudah mengerti?

Kamu tahu tidak arti kamu untuk aku itu apa?
Disaat aku bahagia orang yang pertama kali ingin aku beri tahu itu kamu
Disaat aku bersedih orang yang pertama kali ingin aku temui itu kamu
Disaat aku terjaga dari tidur lelapku orang pertama yang ingin aku sapa itu kamu
Disaat aku melihat indahnya senja orang yang aku ingat itu kamu
Disaat aku melihat rembulan pun orang yang aku ingat itu kamu

Jadi apa kamu sudah mengerti?
Bahwa kamu sangat berarti untukku
Kamu orang pertama yang selalu ingin aku temui untuk berbagi

Kamu pernah berpikir tidak?

Kamu pernah berpikir tidak bagaimana rasanya jadi aku
Aku yang mencintaimu tanpa jeda
Aku yang menerimamu apa adanya
Aku yang mencoba untuk selalu ada disampingmu

Kamu pernah berpikir tidak bagaimana rasanya jadi aku
Menjaga kepercayaan yang kau berikan agar tidak menimbulkan luka diwaktu nantinya
Menjaga hati dengan mengisinya hanya dengan namamu

kamu pernah berpikir tidak bagaimana rasanya jadi aku
Senyummu itu bahagia untukku
Diammu itu kesedihanku
Apalagi ketika punggungmu itu berjalan menjauh dariku
Kamu tidak lihat kan air mata yang jatuh di pipiku
Iya. Karena kamu membelakangiku

Kamu pernah berpikir tidak bagaimana rasanya jadi aku
Tidak bisakah kamu menilaiku dari apa yang telah ku lakukan untukmu
Apa hatiku sudah tidak bisa menyentuh hatimu lagi?

Ku minta kau berhenti sejenak
Pejamkan matamu dan kenanglah aku
Ingatlah segala kebahagiaan yang pernah kuberikan
Lihat aku, jangan mencari orang lain lagi
Karena aku sudah ada didepanmu

Dia, Kamu, dan (Aku)

Sekali lagi kamu bercerita tentang dia. Aku tidak bisa membaca ekspresi wajahmu ketika menceritakan dia, yang ku lihat hanya, mata itu berbinar-binar. Mata bulan sabit itu terlihat semakin indah. Kamu selalu antusias jika menceritakan tentang dia dan aku (juga) antusias mendengarkan ceritamu mengenai dia. Terkadang ditengah ceritamu aku juga bertanya sedikit tentang dia, hanya sebagai tanggapan bahwa aku tertarik dengan ceritamu.

Kamu sangat mengagumi dia. Sangat mengagung-agungkan dia. Dia yang dapat membuatmu bahagia. Dia yang dapat membuatmu tiba-tiba berduka. Ya! Dia adalah pusat kehidupanmu tapi kamu adalah pusat kehidupanku. Aku ada didepan matamu, tapi kamu selalu mencari orang lain.

Aku Pinta PangeranMu

Allah boleh tidak aku minta satu pangeranMu
Yang selalu dapat membuat aku bahagia karenaMu
yang selalu dapat mengajarkanku cara untuk lebih mencintaiMu
yang selalu mengingatkan aku betapa besar kasihMu

Allah boleh tidak aku minta pangeranMu
Yang senyumnya dapat meneduhkan hatiku
Yang kata-katanya mendamaikan jiwaku
Yang perangainya baik menurut kepadaMu

Allah boleh tidak aku minta satu pangeranMu
Aku sadar, aku masih banyak kekurangan
Masih sering alpa akan segala perintahMu
Tapi izinkan aku meminta satu
Aku pinta pangeranMu