Buscar

Senja Tanpamu

Senja kesekian yang kulalui tanpamu
Kali ini ditemani suara hujan
Tiap rintiknya menghasilkan melody yang
Entah menimbulkan kebahagiaan ataukah kesedihan

Aku hanya ingin menuliskan ini
Tidak menyesali, hanya mengingat-ingat
Belum bisa lupa karena kamu terlalu melekat dikepala
Bukan mengenai dirimu tapi mengenai nasehatmu

Ketika aku cemburu kamu berkata aku tidak boleh begitu
Ketika aku berbicara soal cinta
Kamu berkata lebih baik aku berbakti kepada orangtua dulu
Barulah aku belajar mencintaimu

Aku belum bisa lupa pada sosokmu yang mengajarkanku cinta kepada-Nya
Tapi DIA ingatkan aku bahwa kamu hanya sementara
Bahwa aku harus mencintamu karena-Nya
DIA cemburu lalu membawamu pergi dari kehidupanku

Dulu aku sakit hati
Tapi kini aku relakan kamu pergi
Seperti katamu
Cintai Allah dulu lalu orangtua barulah mencintaimu

Aku sedang belajar memposisikan cintaku

Setulus Bunga Lyli, Aku Mencintaimu

Ini aku, menunggumu dengan penuh senyum. Dadaku sesak penuh dengan perasaan bahagia. Ku pastikan malam ini aku akan membuatmu terpesona. Sebelumnya, belum pernah aku begitu lama mematut diri di depan cermin. Bingung memilih pakaian apa yang pas ku pakai. Aku seperti wanita saja. Padahal kata orang aku bisa dengan mudahnya meluluhkan hati wanita. Cukup tersenyum saja. Tapi kali ini berbeda. Kali ini aku akan bertemu denganmu. Kamu. Iya kamu, yang telah mengambil hatiku. Tidak. Sepertinya lebih tepatnya aku yang telah menjatuhkan hatiku kepadamu.

Biasanya aku paling tidak suka menunggu. Tapi kali ini ritual menungguku berbeda. Aku menunggu dengan perasaan bercampur aduk dalam hatiku. Antara bahagia, deg-deg'an hingga takut. Iya aku takut. Karena malam ini aku akan mengungkapkan isi hatiku padamu. Aku ingin jujur padamu.

Aku bukan lelaki romantis. Tidak puitis bahkan benci dengan hal-hal yang melankolis. Tapi tadi dalam perjalanan ke sini, ketika melewati kios penjual bunga. Aku berhenti didepan sana. Memilih untuk membelikanmu bunga. Bukan mawar. Aku membelikanmu bunga lily putih. Lebih tulus daripada mawar, menurutku.

Suara pintu terbuka membuatku refleks menoleh pintu masuk di cafe ini. Di sana, kamu dengan keteduhan wajahmu dan senyum manismu berjalan menujuku. Sederhana tapi manis. Itu yang membuatku jatuh cinta. "Maaf membuatmu lama menunggu" katamu ketika sampai di meja kita. Aku tersenyum berkata "tidak apa-apa, aku belum menunggu lama". Kita sempat terdiam beberapa lama lalu aku memberikanmu bunga itu, bunga lily yang tadi ku beli. Kamu menerimanya, bahagia. "Terima kasih" katamu. Aku mengangguk dan tidak henti-hentinya tersenyum memandangmu. Tuhan aku benar-benar telah jatuh cinta.

Betapa aku bersyukur atas malam ini. Atas kesempatan ini. Atas kebahagiaan ini. "Tuhan aku ingin merasakan bahagia ini setiap hari. Seumur hidupku. Bolehlah?" Pintaku dalam hati.
Dengan hati-hati aku mengajaknu bicara, pelan-pelan menjurus membahas tentang cinta. "Cinta itu seperti bunga lily, tulus meski para pecinta lebih memilih mawar daripada ia" katamu. "Aku ingin mencintaimu. Setiap waktu, seumur hidupku. Bolehlah?" Kataku langsung memintamu. "Terkadang apa yang kita inginkan tidak bisa langsung kita dapatkan. Biar waktu yang menunjukan jalan" jawabmu.

Dan malam itu berakhir dengan harapan sang waktu akan berbaik hati mau memberikan kesempatan lagi.

"Setulus bunga lily, aku mencintaimu"

Aku Mencintaimu Dengan Sadar

Aku mencintaimu dengan kesadaran penuh
Sadar bahwa mungkin aku akan terluka lagi
Sadar bahwa hatimu telah untuk orang lain
Sadar bahwa aku mencintaimu sendirian

Jika dapat memilih
Aku ingin tidak tahu apa-apa
Tidak bisa membaca hatimu
Yang dapat membuatku sedih sendiri

Jika dapat memilih
Aku ingin segera lupa
Menghapus semua cerita
Saat kau masih memberiku rasa bahagia bukannya luka

Tapi pengertian yang ku dapat ketika aku jatuh cinta
Bahwa cinta satu paket dengan luka
tak akan membuat menyesal para pencinta
Menguatkan meski terasa sakit

Bunga Mawar

Bunga mawar disudut ruangan itu telah layu. Kamu masih ingat tidak? Bunga mawar itu kamu beli ketika kita pulang makan malam bersama. Ketika hendak ke apartemenku, tanpa sengaja kita melewati kios bunga. Kamu langsung menarikku memasukinya. Memilih satu buket bunga mawar merah muda, "agar apartemenmu terlihat sedikit segar" katamu keika ku tanya mengapa bunga itu harus kau taruh di apartemenku.

Setiap hari, ketika kau datang ke apartemenku sekedar membawakanku makanan buatanmu, kamu akan mengurusi bunga itu. Sambil tersenyum dan bernyanyi. Lalu aku memperhatikan setiap tingakhmu dengan menikmati rasa bahagia yg menelusup dalam hatiku. Kamu mampu membuatku bahagia hanya dengan hal sederhana saja.

Suatu hari kau ajari aku bagaimana cara merawat bunga mawar itu. Mengganti airnya. Menatanya. Saat itu aku tidak benar-benar memperhatikan ajaranmu merawat bunga. Aku memperhatikan setiap detail wajahmu yang saat itu begitu dekat ada disampingku. Kamu, keindahan yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata.

Dan kini bunga mawar disudut ruangan itu telah layu. Seiring dengan kepergianmu. Tujuh hari yang lalu, tanpa berpamitan, tanpa diduga. Kau menutup mata. Meninggalkan luka yang harus ku sembuhkan sendirian. Kau tahu? Tanpamu semuanya tak lagi sama. Tanpamu bahagiaku pun ikut sirna.

-Berakhir begitu saja-

Aku pernah begitu mencintaimu. Dulu, tenggelam dalam rasa yang membuatku merasa nyaman. Iya dulu, aku pernah jatuh cinta padamu. Ku akui aku pernah bahagia dengan hal-hal kecil yang kau lakukan. Padahal bagi kebanyakan orang itu hanyalah hal yang biasa. Cinta memang buta kan?

Aku juga pernah menghabiskan waktuku untuk selalu mengkhawatirkanmu. Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu ingat untuk sholat lima waktu? Apakah kamu sempat makan meski sibuk dengan aktifitasmu?

Tiap malam-malamku juga pernah kuhabiskan untuk merindukanmu. Bertanya kenapa sudah seminggu atau dua minggu atau bahkan berbulan-bulan kamu tidak menghubungiku? sibuk kah? atau sudah lupa?
Dan aku juga pernah begitu bahagia hanya dengan melihat dilayar handphoneku ada pesan masuk darimu

Iya. Aku pernah merasakan itu semua. Kamu tidak tahu kan? tentu saja tidak tahu. Karena kamu terlalu egois hanya untuk memikirkan perasaanku. Bagimu wanita hanya untuk mainan saja. Bagimu hatiku hanya tempat persinggahan sementara yang mana kamu dapat datang lalu pergi lalu datang lagi.

Yang membuat kecewa itu, bagimu, kamu bisa saja meninggalkan satu wanita demi wanita lain yang lebih cantik darinya. Jika paras yg membuatmu jatuh cinta. Sungguh aku akan melepaskanmu dengan suka rela.

Aku pernah membiarkan waktuku untuk menunggumu. Kamu yang pergi dan lupa pada tempat kembali. Kini jangan besar rasa karena dulu aku pernah mempertahankanmu. Aku juga bisa melepaskanmu. Kamu bisa kenapa aku tidak? iya kan?

Jangan egois. Kamu ingin bahagia aku juga ingin bahagia

-Berakhir begitu saja-

Bapak Aku Mencintaimu

Lelaki yang pertama kali ku lihat ketika aku lahir kedunia ini adalah dirimu, Bapak. Kau juga yang pertama kali mengenalkan padaku ayat-ayat dari Allah ketika kau adzan ditelingaku. Dan aku menangis tapi aku yakin, diriku yang masih bayi itu merasa aman. Bersyukur karena kau yang akan menjagaku bersama ibu.

Kau memang tidak pernah berkata bahwa kau menyayangiku tapi seluruh perbuatanmu itu cukup membuatku mengerti bahwa aku adalah segalanya bagimu. Aku juga tahu disetiap sujudmu, kamu tak pernah lupa untuk berdoa mengenai kehidupanku. Agar aku mudah melangkah dalam menjalani hidup ini.

Jika aku sakit, kau orang pertama yang siap siaga mengantarkanku pergi berobat. Tak kenal lelah meski kau baru pulang bekerja. Dulu tak terhitung berapa kali dalam setahun kau mengantarkanku berobat ke rumah sakit. Kini ku buktikan bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak sakit-sakitan lagi.

Aku punya kebiasaan yang tak pernah kau tahu, pak. Ketika kau tertidur aku sering memandangi wajah lelahmu. Memandang lekat-lekat sambil menahan tangis. Lalu aku berjanji pada diriku sendiri, aku harus mebanggakanmu, aku harus membahagiakanmu, aku tidak boleh mempermalukanmu. Karena itu kamulah menjadi motifator terbesarku untuk aku mencapai segala cita-citaku.

Aku tidak tahu apalagi yang harus ku tuliskan mengenaimu. Banyak sekali hal tentangmu yang ku simpan dalan hatiku. Banyak sekali nasehatmu yang ku pegang erat. Seperti ketika kau berkata bahwa aku harus sekolah yang benar, belajar yang rajin, karena engkau bukanlah orang kaya yang bisa mewariskan harta padaku ketika kau telah tiada nanti. Tapi hanya dengan ilmu itulah kau memberikanku pegangan untukku hidup dan tetap dapat menghidupi diriku sendiri jika kau pergi nanti. Kau juga pernah berpesan bahwa kemanapun aku pergi, apapun yang aku lakukan. Aku membawa nama baik orangtua dan keluarga. Sehingga jika aku melakukan kesalahan ataupun perbuatan tercela pasti orang-orang tidak hanya menanyakan siapa namaku. Orang-orang pasti akan bertanya lagi, siapa orangtuanya, siapa kakaknya, dan siapa adiknya. Kesalahan apapun itu tidak hanya aku yang menanggung.

Seminggu lagi aku akan pergi jauh meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi bisu tempatku tumbuh hingga seperti ini. Minggu lalu aku diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan di desa. Sebelumnya ketika aku ingin mengikuti tes penerimaan pegawai ini. Ibu melarangku tapi kau, bapak melepaskanku dengan rela. Katamu aku harus belajar hidup tanpa kalian berdua, tanpa Bapak dan ibu. Dan ketika mobil yang ku tumpangi yang membawaku menuju ke tempat daerah tes itu berangkat. Sungguh aku dengan susah payah menahan tangis. Kini aku bukanlah putri kecilmu yang dulu. Yang sering kau gendong tinggi-tinggi, yang sering kau ajak bermain.

Kepergianku meninggalkan rumah dengan sejuta doa yang ku ucap dalam hatiku. Semoga Allah melindungi Bapak dan Ibu. Dan aku tak kuasa menahan air mata ketika aku mencium telapak tangan Bapak. Seperti biasa, bapak akan memegang puncak kepalaku lalu mengucapkan salawat nabi untukku.

Allah tolong jaga kedua orangtuaku

Hari ini pak, orang-orang sedang memperingati Hari Ayah. Berjuta ucapan dan doa terucap untuk para Ayah. Aku pun ingin memberikanmu sebuah ucapan.
Bapak, selamat hari Ayah. Aku menyayangimu dengan segenap hatiku. Terimakasih karena telah menjagaku dengan sangat baik. Terimakasih karena telah menjadi Bapak yang sangat baik untukku. Aku hanya dapat mendoakanmu aku tidak akan pernah bisa membalasmu.

Bapak aku mencintaimu