Buscar

Entahlah

Hai. Ketika aku menuliskan ini, jam dinding menunjukan pukul 16:48 waktu kotaku. Kali ini aku ingin menuliskan mengenai satu pikiran yang selama dua hari ini ada dalam benak ku.

Pertama kali Aku mengenal cinta kepada lawan jenis atau tepatnya aku mencintai seseorang ketika aku duduk di kelas 1 SMP. Sangat muda kan. Saat itu aku pertama kali jatuh cinta. Bukan pada pria yang istimewa. Tidak. Dia tidak ganteng. Dia tidak pintar. Dia tidak kaya. Tapi hatiku menjatuhkan cinta untuk pertama kali padanya. Dari dia aku belajar bahwa ternyata benar, ketika seseorang itu telah pergi barulah kita menyadari bahwa kita memiliki perasaan lebih terhadapnya.

Tidak. Kami tidak pacaran. Hanya perasaan yang malu-malu. Saling menyimpan perasaan masing-masing. Yang aku tahu, hadiah pemberianku selalu dia pakai. Dia laki-laki pertama dan terakhir yang pernah aku beri hadiah. Setelahnya aku tidak pernah memberi hadiah kepada laki-laki lain kecuali diminta.

Tiga tahun aku baru bisa melupakan dia. Rasa cinta itu hilang tapi bayangan dia tidak. Hingga sekarang, sesekali cerita tentang dia terlintas dalam kepalaku. Kenangan dia masih sering muncul. Sebenarnya di tahun kedua sempat ada pria yang mendekatiku. Dia lumayan ganteng, aku suka matanya, matanya coklat. Dia pintar, juara umum disekolah. Tapi aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak, tidak lebih.

Ketika SMA aku satu sekolah dengan sepupunya. Sepupunya cerita mengenai keluarganya. Orang tuanya bercerai dan dia tinggal dengan mamanya saja. Waktu mempertemukan kami ketika kami sama-sama mewakili sekolah dalam seminar yang di adakan oleh bank Indonesia. Di sana kami pura-pura tidak saling kenal. Dan pernah juga untuk kedua kalinya aku bertemu lagi dengan dia di mall. Sama. Kami sama-sama pura-pura tidak melihat.

Mungkin itu sedikit cerita cinta tentang aku. Sebenarnya setelah itu masih ada beberapa nama laki-laki yang masuk dalam kehidupanku. dan membuatku lelah.Aku lelah mencintai. Aku lelah dengan beberapa persoalan hati ini. Toh aku masih bahagia dengan adanya keluargaku dan teman-temanku. Aku tidak kesepian.

Aku tidak mudah percaya kepada seseorang. Aku takut jika seseorang itu datang membawa bahagia lalu pergi meninggalkan luka. Aku lelah. Dan beberapa hari ini aku terpikir untuk malas menikah. Aku tidak ingin menikah meski aku tahu menikah itu kewajiban bagi seorang muslim untuk menyempurnakan agama.

Aku anak pertama. Jika kedua orang tuaku tidak ada, aku yang akan mengurus adik ku dan aku tidak percaya dengan laki-laki jaman sekarang. Mereka pintar bermain dengan hati. Mereka menilai wanita hanya dari apa yang mereka lihat tidak dari apa yang mereka tahu mengenai wanita itu. Dan aku tidak ingin terjebak dalam kehidupan mereka.

Tadi adik ku melihatkan padaku fotonya dengan seorang laki-laki yang disukainya. Aku berkata dalam hati. Biar saja kamu yang menikah. Aku tidak usah.

~Terkadang untuk seorang wanita (mungkin) lebih baik dicintai daripada mencintai~

2 komentar:

TS Frima

kadang saya juga merasa seperti itu (bedanya saya bukan wanita)
tapi mungkin nanti perasaan seperti itu akan berubah.
nothing last forever anyway.

sinta

Terkadang untuk seorang wanita (mungkin) lebih baik dicintai daripada mencintai

Posting Komentar