Buscar

Indonesia Raya


Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Aku menoleh ketika mendengar lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Kuhentikan aktivitasku membantu bapak, ku angkat tangan kananku dan ku taruh disamping kening kananku-hormat kepada sang merah putih. 67 tahun yang lalu negeriku Indonesia telah merdeka. Tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia terlepas dari cengkeraman kolonialis dan imperialis bangsa Eropa.

Hiduplah tanahku hiduplah negeriku
Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya


“Ayo Le, kita jalan lagi” kata bapak membuatku menoleh pada bapak yang tengah tersenyum padaku. Aku pun menurunkan tanganku dari kening dan berjalan dibelakang mengikuti kemana bapak akan membawaku. Tak jauh, aku sempat menoleh kebelakang, melihat ke arah gerbang sekolah yang kami tinggalkan tadi. Gerbang sekolah yang tak pernah bisa aku masuki karena bapak tak punya biaya untuk menyekolahkanku. Padahal, sering aku memimpikan mengenakan seragam sekolah yang bagus itu.


Indonesia Raya
Merdeka… merdeka
Tanahku negeriku yang ku cinta
Indonesia Raya
Merdeka… merdeka
Hiduplah Indonesia Raya


Kali ini bapak mengajakku mengais tong sampah didepan salah satu sekolah yang lain. Tak kalah bergengsinya dengan sekolah pertama yang aku datangi tadi. Disekolah ini pun tengah melangsungkan Upacara Bendera HUT RI 17 Agustus 1945. Aku memandang ke dalam, ku tatap bendera merah putih yang berkibar ditiup angin. Begitu gagah terlihat.


Inilah negeriku, Indonesia yang kaya raya akan sumber daya alamnya. Kebudayaan pun melimpah ruah karena Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai suku dari setiap pulau. Kemerdekaan pun telah diwariskan pada kami. Kemerdekaan dalam artian kebebasan, kebebasan dari rasa takut, kebebasan untuk berpendapat, dan kebebasan untuk menentukan nasib sendiri.


Indonesia Raya
Merdeka… merdeka
Tanahku negeriku yang ku cinta
Indonesia Raya
Merdeka… merdeka
Hiduplah Indonesia Raya


Tak terasa hari telah beranjak tinggi. Waktunya aku dan bapak pulang, sebelum itu kami harus ke jurangan Ahong dahulu untuk menimbang berapa berat plastik-plastik yang kami bawa ini agar dapat ditukar dengan uang sehingga kami dapat makan.


Disepanjang jalan aku melihat bendera merah putih berdiri kokoh didepan rumah-rumah para penduduk yang aku lewati bahkan pada dua-tiga blok yang aku lewati sedang melangsungkan perlombaan yang meriah dalam rangka menyambut HUT RI ini. Namun, semakin lama aku berjalan dan memasuki kawasan dimana tempatku tinggal hanya beberapa rumah yang memasang bendera didepan rumahnya. Jangan samakan bendera kami dengan bendera dirumah-rumah yang aku lewati tadi, sungguh jauh berbeda. Bendera kami tak sebersih milik mereka. Hanya bendera lusuh bahkan penuh tambalan disana-sini. “Yang penting kita mengibarkan bendera didepan rumah. Sebagai tanda bahwa kita menghormati perjuangan para pahlawan untuk memerdekakan kita dari penjajah” kata emak ketika ku tanya mengapa masih mengibarkan bendera.


Inilah negeriku yang kaya raya itu. Globalisasi dan industrialisasi mengubah situasi dan kondisi saat ini. Kemajuan IPTEK, menyebabkan umat manusia telah kehilangan jati diri sebagai makhluk beradab, kemerosotan nilai-nilai moralitas, dan pertikaian antar etnis sering terjadi. Hakekat kemerdekaan belum dapat dinikmati oleh mayoritas rakyat Indonesia. Kemerdekaan secara penuh dan utuh masih belum tercapai, yaitu kemerdekaan yang meliputi, memperjuangkan hak-hak rakyat, merdeka politik, merdeka ekonomi dan sosial budaya, merdeka dari penjajahan global yang akan merusak identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Maka lihatlah kini, banyak rakyat Indonesia yang bernasib sepertiku. Sekolah tak mampu, setiap hari hanya membantu bapak mengumpulkan barang bekas agar dapat makan. Padahal kata para pejabat, kami adalah generasi penerus bangsa. Lalu apakah hakekat kemerdekaan itu berlaku pada orang-orang seperti kami?.


*) FlashFiction ini diikut sertakan dalam proyek nulis bareng peduli bareng 67 cerita untuk Indonesia

7 komentar:

affanibnu

wow.. sedang ikut kontes ya.. :)

Symphony of Elegy

ceritanya sederhana tapi pesannya nyampe ke pembaca, great.

Unknown

Yahaa akhirnya di publish juga.
Aku nyusul deh bikin ff nya :)

Basith Kuncoro Adji

Sarkasme di sini jelas banget digambarkan dengan sudut pandang orang "bawah". Aku suka! Ngomong-ngomong, FF yang diselipkan potongan lirik kebanggaan bangsa kita sama dengan yg dilakukan bang Yahya yah. Walau esensi ceritanya beda. Keren! :)

Untuk sederhananya, bang Daka udah bilang. Hihi :D

Unknown

makasih masukannya :)

iya sama, aku juga udah baca punyanya yahya. tapi, nggak aku nggak ikut2an lho idenya haha --"

Unknown

ayo syifa, ditunggu hee

Unknown

makasih :)

Posting Komentar