Buscar

Seharusnya...


Beberapa hari ini, jika mendengar namanya kau sebut. Jantungku yang malang seringkali merespon berlebihan. Berdegup lebih kencang dari biasanya dan ada rasa yang menusuk tepat dipusatnya. Sakit! Sakit sekali rasanya bahkan sampai membuat dada ini terasa sesak.

Bukan. Ini bukan salahmu. Ini salahku. Salah logikaku yang kalah telak akan hatiku. Membuatku merasa iri. Ya! Aku iri akan kehidupanmu. Tidak jarang aku meluruskan hati untuk jangan tamak, kembali ke logika bahwa hidupku pun tak kurang akan suatu apapun. Tapi apa daya, logikaku sangat bertentangan dengan hatiku. Aku tidak membicarakan harta benda ataupun tahta. Ini lebih ke soal perasaan, soal cinta.

Tidak. Aku tidak sedang jatuh cinta. Tapi itu yang membuatku iri. Aku iri karena aku sampai saat ini belum memiliki orang yang aku cintai. Orang yang selalu ingin aku untuk memberikan yang terbaik. Aku tau ini salah. Sangat salah bahkan. Tapi bagaimana aku menjelaskannya ya. Aku pun tak mengerti. Ini kemauan hati, bukan kemauanku. Bukankah kalian tau pasti bahwa hati bisa melakukan hal apapun diluar logika. Dan kali ini hatiku sedang melakukan tindakan bodoh itu.

Pernah dua hari lalu aku membukan akun twitter.ku dan aku membaca retweet temanku, isinya “hidupmu akan terasa indah jika kamu tidak merasa iri dengan kehidupan orang lain”. Yah intinya seperti itulah. Ku akui, itu benar. Sangat benar. Aku pun tak mengerti. Aku yang selalu berpikir realistis mengapa bisa seperti ini. Apa hidupku sedatar itu? Tak semenarik itu? Hingga aku merasa masih ada yang kurang. Oh entahlah!

Terkadang ingin rasanya aku berbagi ini dengan orang terdekatku. Tapi, aku tidak biasa untuk menceritakan segala sesuatu yang tengah terjadi padaku. Aku terbiasa menyimpannya sendiri. Biasanya orang terdekatku hanya ku jadikan “pelarian” agar aku bisa melupakan sedikit permasalahan yang sedang menimpaku. Bersenang-senang dengan mereka biasanya dapat membuatku lupa sejenak akan semua ini.

Sepertinya ini hanyalah masalah waktu. Ya! Tunggu saja. Ini tidak akan terjadi lama. Akan segera kembali seperti sedia kala. Hal ini terjadi sebagai selingan karena pikiranku sedang santai tak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang rumit yang sering menyita pikiranku. Karena kini aku sedang menjalani masa liburanku. Seharusnya aku menikmati liburanku. Ya! Seharusnya begitu.

2 komentar:

Unknown

Nikmati liburanmu Kak, kalo gak dinikmati tau-tau ntar nanti gak kerasa udah berlalu aja tuh dua bulan muehehehehe XD

Unknown

hehhehe iya syifa,, pengen cepet-cepet ramadhan nie, mau mudik soalnya :D

Posting Komentar