Beberapa hari ini, jika mendengar
namanya kau sebut. Jantungku yang malang seringkali merespon berlebihan. Berdegup
lebih kencang dari biasanya dan ada rasa yang menusuk tepat dipusatnya. Sakit! Sakit
sekali rasanya bahkan sampai membuat dada ini terasa sesak.
Bukan. Ini bukan salahmu. Ini salahku.
Salah logikaku yang kalah telak akan hatiku. Membuatku merasa iri. Ya! Aku iri
akan kehidupanmu. Tidak jarang aku meluruskan hati untuk jangan tamak, kembali
ke logika bahwa hidupku pun tak kurang akan suatu apapun. Tapi apa daya,
logikaku sangat bertentangan dengan hatiku. Aku tidak membicarakan harta benda
ataupun tahta. Ini lebih ke soal perasaan, soal cinta.
Tidak. Aku tidak sedang jatuh
cinta. Tapi itu yang membuatku iri. Aku iri karena aku sampai saat ini belum
memiliki orang yang aku cintai. Orang yang selalu ingin aku untuk memberikan
yang terbaik. Aku tau ini salah. Sangat salah bahkan. Tapi bagaimana aku
menjelaskannya ya. Aku pun tak mengerti. Ini kemauan hati, bukan kemauanku. Bukankah
kalian tau pasti bahwa hati bisa melakukan hal apapun diluar logika. Dan kali
ini hatiku sedang melakukan tindakan bodoh itu.
Pernah dua hari lalu aku membukan
akun twitter.ku dan aku membaca retweet temanku, isinya “hidupmu akan terasa
indah jika kamu tidak merasa iri dengan kehidupan orang lain”. Yah intinya
seperti itulah. Ku akui, itu benar. Sangat benar. Aku pun tak mengerti. Aku yang
selalu berpikir realistis mengapa bisa seperti ini. Apa hidupku sedatar itu? Tak
semenarik itu? Hingga aku merasa masih ada yang kurang. Oh entahlah!
Terkadang ingin rasanya aku
berbagi ini dengan orang terdekatku. Tapi, aku tidak biasa untuk menceritakan
segala sesuatu yang tengah terjadi padaku. Aku terbiasa menyimpannya sendiri. Biasanya
orang terdekatku hanya ku jadikan “pelarian” agar aku bisa melupakan sedikit
permasalahan yang sedang menimpaku. Bersenang-senang dengan mereka biasanya
dapat membuatku lupa sejenak akan semua ini.
Sepertinya ini hanyalah masalah
waktu. Ya! Tunggu saja. Ini tidak akan terjadi lama. Akan segera kembali
seperti sedia kala. Hal ini terjadi sebagai selingan karena pikiranku sedang
santai tak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang rumit yang sering menyita
pikiranku. Karena kini aku sedang menjalani masa liburanku. Seharusnya aku
menikmati liburanku. Ya! Seharusnya begitu.
2 komentar:
Nikmati liburanmu Kak, kalo gak dinikmati tau-tau ntar nanti gak kerasa udah berlalu aja tuh dua bulan muehehehehe XD
hehhehe iya syifa,, pengen cepet-cepet ramadhan nie, mau mudik soalnya :D
Posting Komentar