Ibu, ternyata menjadi dewasa tidak semenyenangkan yang kukira.
Ibu, aku takut jika lama-lama senyum tulus yang aku punya berubah menjadi senyuman palsu.
Ibu, aku sering merasa lelah berjalan. Ingin berhenti tapi aku belum sampai. Tubuhku lelah.
Ibu, dunia kini terasa begitu kejam. Tidak seperti dulu ketika aku masih menjadi putri kecilmu. Dulu yang kulihat tatapan tulus dari mereka. Sekarang tatapan mata mereka banyak menyiratkan makna. Ada yang hanya berpura-pura menyukaiku dan ada yang terang-terangan tidak menyukaiku.
Ibu, walaupun aku sering menangis karena mereka. Walaupun hatiku sakit karena perbuatan mereka. Aku harus tetap baik pada mereka, kan?
Karena ibu selalu mengajarkanku kebaikan.
Mungkin mereka tidak sengaja menyakitiku.
Iya kan, bu?
Intermezo
Kesibukan pekerjaan yang baru enam bulan ini kujalani sudah menyita banyak waktuku. Aku juga sedang merasa kehilangan kata-kata yang ingin kutuliskan. Aku jarang menulis diblog ini. Dimedia lain tempat aku menulispun sangat sedikit terdapat postinganku.
Aku kerja disalah satu pusat kesehatan masyarakat di Kutai Barat Kalimantan Timur. Daerah tenpat aku bertugas termasuk kategori daerah terpencil. Yang mana hanya dapat ditempuh melalui perjalanan air menggunakan kapal selama hampir 12 jam.
Disini sudah terjangkau sinyal untuk komunikasi hanya saja sinyal disini tidak terlalu bagus seperti didaerah kota dan kabupaten. Disini juga tidak ada sinyal internet. Sehingga laptopku hanya kugunakan untuk mengerjakan laporanku yang sangat banyak saja.
Aku juga kehilangan selera untuk membuka akun akun media sosialku seperti facebook, twitter dan path. Biasanya aku hanya mengintip ke sana tanpa meninggalkan jejak ditimeline.
Kemarin, setelah sekian lama aku tidak memposting twit di twitterku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan jejak ditimeline. Tanpa disangka, ada salah satu temab yang juga menjadi pengikut di blog ini mengirimiku sebuah mention. Dia bertanya apakah aku masih menulis di blog ini. Dengan perasaan sedikit tidak enak aku menjawab jarang karena terhalang pekerjaan.
Aku kira tidak ada pengaruhnya apakah aku masih memposting tulisan diblog atau tidak. Ternyata ada seorang pembaca yang menunggu tulisanku. Walaupun hanya seorang tapi aku merasa bahwa "ada orang yang mau membaca tuĺisanku"
Untuk kamu, teman yang hanya kukenal didunia maya, terimakasih karena telah membaca tulisan-tulisanku. Terimakasih karena menperhatikan tulisanku.
Insya Allah aku akan mulai memperhatikan blog ku ini lagi.
Salam hangat dari daerah terpencil :))
Semoga hidupmu tetap indah
Aku kerja disalah satu pusat kesehatan masyarakat di Kutai Barat Kalimantan Timur. Daerah tenpat aku bertugas termasuk kategori daerah terpencil. Yang mana hanya dapat ditempuh melalui perjalanan air menggunakan kapal selama hampir 12 jam.
Disini sudah terjangkau sinyal untuk komunikasi hanya saja sinyal disini tidak terlalu bagus seperti didaerah kota dan kabupaten. Disini juga tidak ada sinyal internet. Sehingga laptopku hanya kugunakan untuk mengerjakan laporanku yang sangat banyak saja.
Aku juga kehilangan selera untuk membuka akun akun media sosialku seperti facebook, twitter dan path. Biasanya aku hanya mengintip ke sana tanpa meninggalkan jejak ditimeline.
Kemarin, setelah sekian lama aku tidak memposting twit di twitterku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan jejak ditimeline. Tanpa disangka, ada salah satu temab yang juga menjadi pengikut di blog ini mengirimiku sebuah mention. Dia bertanya apakah aku masih menulis di blog ini. Dengan perasaan sedikit tidak enak aku menjawab jarang karena terhalang pekerjaan.
Aku kira tidak ada pengaruhnya apakah aku masih memposting tulisan diblog atau tidak. Ternyata ada seorang pembaca yang menunggu tulisanku. Walaupun hanya seorang tapi aku merasa bahwa "ada orang yang mau membaca tuĺisanku"
Untuk kamu, teman yang hanya kukenal didunia maya, terimakasih karena telah membaca tulisan-tulisanku. Terimakasih karena menperhatikan tulisanku.
Insya Allah aku akan mulai memperhatikan blog ku ini lagi.
Salam hangat dari daerah terpencil :))
Semoga hidupmu tetap indah
Postingan pertama ditahun 2015 "Masih tentang kamu"
Aku telah jauh berjalan. Meninggalkan semuanya. Kenangan itu. Orang-orang yang kukasihi. Aku pergi sendiri. Menyendiri. Dengan hanya membawa topeng keceriaan. Aku mencoba menguatkan hati setiap harinya. Mencoba bahagia.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan bahkan sekarang sudah enam bulan aku pergi.
Aku sudah bisa menghilangkan perasaan itu padamu. Aku sudah membuangmu dari dalam hatiku. Hatiku sudah kubersihkan, kosong tak bersisa.
Tapi kamu masih tinggal diingatanku. Sesuatu yang tak bisa kubuang dengan inginku. Kamu masih disana. Membuatku kesal, jengkel hingga kelelahan.
Sampai hari ini aku masih bisa bertahan. Menikmati pekerjaanku. Menyibukkan diriku. Tetap berkomunikasi dengan orangtua dan adikku. Serta berbagi kabar dengan onnieku.
Tapi beberapa menit lalu aku mencoba login media sosialku. Ada jejakmu ditimelineku. Karena rasa penasaran, aku mengunjungi akunmu.
"Oh kamu masih kamu yang dulu. Kamu baik-baik saja" itu yang dapat kusimpulkab dari kunjunganku. Hingga sampai aku membaca komentar salah satu temanmu. Komentar mengenai wanitamu. Seketika rasanya ada yang menusuk didadaku. Sakit, nyeri, hingga aku tersadar ternyata hatiku belum bisa biasa saja jika hal itu mengenaimu. Hatiku masih bereaksi berlebihan.
Apa yang harus aku lakukan?
Ottoekhe?
Sebulan, dua bulan, tiga bulan bahkan sekarang sudah enam bulan aku pergi.
Aku sudah bisa menghilangkan perasaan itu padamu. Aku sudah membuangmu dari dalam hatiku. Hatiku sudah kubersihkan, kosong tak bersisa.
Tapi kamu masih tinggal diingatanku. Sesuatu yang tak bisa kubuang dengan inginku. Kamu masih disana. Membuatku kesal, jengkel hingga kelelahan.
Sampai hari ini aku masih bisa bertahan. Menikmati pekerjaanku. Menyibukkan diriku. Tetap berkomunikasi dengan orangtua dan adikku. Serta berbagi kabar dengan onnieku.
Tapi beberapa menit lalu aku mencoba login media sosialku. Ada jejakmu ditimelineku. Karena rasa penasaran, aku mengunjungi akunmu.
"Oh kamu masih kamu yang dulu. Kamu baik-baik saja" itu yang dapat kusimpulkab dari kunjunganku. Hingga sampai aku membaca komentar salah satu temanmu. Komentar mengenai wanitamu. Seketika rasanya ada yang menusuk didadaku. Sakit, nyeri, hingga aku tersadar ternyata hatiku belum bisa biasa saja jika hal itu mengenaimu. Hatiku masih bereaksi berlebihan.
Apa yang harus aku lakukan?
Ottoekhe?
Langganan:
Postingan (Atom)