Buscar

Untuk Satu Cinta


 Bila ku jatuh cinta…
Jangan kau biarkan cinta untuk-MU berkurang
Hingga membuatku lalai akan adanya engkau…

Bila aku jatuh hati…
Izinkanlah aku jatuh hati penuh dengan kasih_MU
Dan membuatku semakin mengagumi-MU…

Pintaku yang terakhir adalah…
Seandainya aku jatuh hati,
Jangan pernah Kau palingkan wajahku dan
Anugrahkanlah aku cinta-MU
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Izinkanlah aku untuk memenuhi kerinduanku…



            Tik… tik… tik… Hanya dentingan suara jam dinding yang terdengar di
tengah kesunyian malam ini. Di dalam ruangan kamar yang cukup luas, seorang
gadis masih terjaga dalam kekusyukan sholat malamnya. Di atas sajadah yang
sederhana dia bersujud penuh kelemahan pada Sang Pencipta, Allah pemilik
segala alam semesta.

          Samar-samar isak tangis terdengar di kesunyian malam itu. Di saat orang-
orang tengah  tertidur dengan lelapnya, dia menangis bermunajad pada Rabbnya.
Semua kegelisahan hati dia  curahkan dalam doanya. Meminta di beri kekuatan
lebih oleh Allah yang Maha Sempurna. “ Ya Allah.  Dalam sujudku ku pinta
padamu, beri ku keikhlasan untuk menjalani ini semua, beri ku kekuatan  Untuk
menerima kenyataan yang ada. Hamba yakin, hamba percaya kau akan memberi
yang lebih  baik untuk hamba, dan bantu hamba ya Allah. Bantu hamba untuk
mengobati luka di hati ini. AMIN “

          Di liriknya jam di dinding, menunjukan pukul empat dini hari. Di ambilnya
mushaf Al-Qur’an,  dibukanya, lalu dibacanya ayat demi ayat. Sampai masuk
waktu sholat subuh, dan dia pun melaksanakan sholat subuh. Seusai sholat
dilipatnya mukena serta sajadahnya dan disimpannya  dalam lemariyang ada dalam
kamarnya. Keluar dia menuju kamar ayah dan ibunya, dilihatnya  mereka sedang
melaksanakan sholat subuh berjamaah. Lalu dia ke dapur, berinisiatif untuk
membuat sarapan untuk ayah, ibu, dan dirinya sendiri sebelum dia siap-siap pergi
ke sekolah.

          “Assalamua’laikum ukhti, apa kabarnya hari ini ?”. Sapa Annisa pada Ana.
“walaikumussalam  wr.wb. Alhamdulillah baik-baik saja ukhti”. Jawab Ana dengan
senyum di wajahnya. “Bagaimana  persiapan UN, apakah anti sudah siap lahir dan
batin ?” Tanya Anissa lagi. “Insya Allah Anissa.  Semoga kita diberi kemudahan
oleh Allah ya. Amin”. Kata Ana. “Amin”. Jawab Anissa. Lalu mereka berdua
tertawa kecil. “Oh iya ukhti, ana mau ke perpustakaan dulu ya. Mau cari bahan
buat tugas  kita. Permisi ukhti”. Kata Ana. Anissa hanya tersenyum.

          Dari kelas Ana menuju perpustakaan tidak terlalu jauh. Diperjalanan
menuju perpustakaan, Ana  selalu member salam atau hanya sekedar tersenyum
pada teman-temannya yang lain, yang kebetulan sedang berada di luar kelas. Jauh
pandangan Ana ke depan, dia melihat sosok seorang ikhwan yang tidak asing lagi
baginya. Entah mengapa dia merasa deg-degan dan tidak berani lagi wajahnya.
Kali ini dia berjalan sambil menundukan pandangannya. “Assalamua’laikum Ana”.
Sapa ikhwan itu saat lewat disampingnya. “walaikumussalam”. Jawab Ana Lirih
masih menunduk dan tetap berjalan.

          Diperpustakan Ana sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Namun,
konsentrasinya tidak sepenuhnya pada tugas yang sedang dikerjakannya ini.
Dalam pikirannya masih terbayang kejadian tadi. Ikhwan itu memang dalam
beberapa bulan ini mengganggu pikiran Ana. Ana tidak tahu apa yang harus dia
lakukan. Sekarang Ana hanya mencoba untuk menghindarinya tapi, semakin Ana
menghindar semakin dia tidak bisa lepas. Ana bingung kepada siapa dia harus
bertukar cerita tentang masalah hati ini. Masalah yang cukup rumit dan
sensitive. Masalah cinta !.

          Awal kejadian itu, tiga bulan yang lalu. Ba’da Isya hp Ana bergetar
ternyata sms dari Romi. Smsnya biasa saja, hanya lain dari biasanya. Ana dan
Romi memang sudah saling mengenal dari kelas satu. Tapi, tidak terlalu dekat.
Bahkan Ana mengetahui Romi jauh sebelum dia bertemu Romi. Mereka juga satu
organisasi di sekolahnya. Jadi, tidak aneh jika mereka sering bertukar pikiran
dan diskusi.

          Hanya saja sejak kejadian itu, kini Ana mulai merasa lain pada Romi.
Perasaan apa itu ? Ana juga tidak tahu pasti. Dia tidak berani menyimpulkan apa
 yang dia rasakan sekarang pada Romi. Sejak saat itu, Ana merasa sikap Romi
 berbeda, dan Ana baru mulai menyadari dengan semua perlakuan Romi padanya
 selama ini. Tapi, Ana tidak mau terlalu cepat menyimpulkan dan dia masih
 menjaga hatinya agar tidak terluka.

          Semakin hari, semakin terungkap saja semuanya dan apapun yang dilakukan
 Ana atau apapun itu pasti ada hubungannya dengan Romi. Ana masih tidak habis
 pikir mengapaakhirnya seperti ini, “ternyata memang sangat mudah bagi Allah
 untuk membolak-balikkan hati”. Gumam Ana.

          “Hayo ngelamun. Ngelamunin apa Ana ?” kata Shita mengagetkannya.
“Astagfirullah” kata Ana kaget. “Hmm.. Shita ! ana nggak ngelamunin apa-apa ko
 Shita” katanya lagi lalu tersenyum. “Ya Sudahlah. Ayo kita ke kelas. Ibu guru
 sudah ada, tadi ana disuruh memanggil anti di sini” kata Shita. Ana mengangguk,
 lalu mereka berdua kembali ke kelas.

*******

          Cerita kehidupan memang tak ada yang tahu. Penuh misteri. Apakah kita
 akan selalu bahagia, tertawa atau bahkan menangis karena terluka. Sungguh
 penuh misteri dan di hari ini Sang Surya sangat hangat  menyapa pagi membuat
 siapa saja menjadi ceria dan bersemangat untuk memulai aktifitasnya. Ana pun
 hari ini terlihat bersemangat untuk melangkahkan kakinya ke sekolah. Senyum
 manis pun terlihat di wajahnya.

          Sesampainya disekolah, masih belum banyak yang datang hanya beberapa
 saja dan terlihat ada yang bermain bola dilapangan adapula yang hanya sekedar
 mengobrol bersama kawan. “Assalamua’laikum Shita” sapa Ana.
 “Walaikumussalam” balas Shita. “Sedang apa disini ?” Tanya Ana lagi. Shita
 hanya tersenyum. Lalu dari kejauhan Ana melihat romi sedang berjalan kea rah
 dia dan Shita. Romi melihat Ana dan Shita lalu tersenyum, Ana membalas
 senyumnya biasa saja namun Shita terlihat gelisah. Shita pergi meninggalkan
 Ana sendiri, Ana bingung mengapa sikap Shita berbeda dari biasanya. Lalu Romi
 datang menghampiri Ana dan mengobrol dengannya. Shita tak sengaja melihat,
 tatapannya sungguh tak nyaman bagi Ana. Ana pun mengakhiri perbincangannya
 dengan Romi dan permisi untuk masuk ke kelas.

          Di dalam kelas, duduk Ana sendiri di bangkunya. Anissa teman sebangkunya
 belum datang, dan Aisyah pun juga belum datang. Ana pun membuka tasnya  dan
 megambil novel yang belum sempat dia selesaikan membacanya. Hamper jam
 masuk, sudah terlihat banyak yang datang. Anissa pun sudah datang begitu juga
 dengan Aisyah. Aisyah datang dengan membawa sebuah buku di tangannya.

          “Buku siapa ?” Tanya Ana. “Punya Romi” Jawab Aisyah. “Boleh ana liat ?”
 kata Ana lagi. Aisyah lalu memberikan buku itu. Dibuka lelbar demi lembar oleh
 Ana. Sampai dia membuka lembaran terakhir di buku itu tertulis inisial nama
 Romi yang di tulis dengan huruf arab dan ada satu kalimat “Dari seseorang yang
 tak terlupakan”. Deg… detak jantung Ana terasa terhenti. “Siapakah orang itu ?”
 Tanyanya dalam hati. Langsung dikembalikannya buku itu. Dia pun terdiam, tak
 tahu seperti apa perasaan dia saat itu. Kaget, bertanya-tanya, dan cemburu.
 Yah… Ana cemburu !

          ingin menangis dia saat itu, tapi di tahannya. Dia tidak ingin menangis
 hanya karena itu. Sebisa dia, dia coba tenangkan hatinya dan berpikir positif,
 buang rasa cemburu itu. Namun ternyata dia tak bisa sekuat yang dia harapkan.
 Setelah sampai di rumah, ketika dia masuk kedalam kamarnya. Tangisnya pecah,
 dia sudah tak bisa lagi menahan perasaannya.

          Dalam sholatnya dia masih saja menangis, tak percaya jika akhirnya dia
 akan terluka. Dari awal dia tahu sebenarnya dia tak boleh menyayangi orang itu.
 Karena dia bukanlah mawar berdiru seperti yang dia impikan. Dia salah untuk
 berharap.
*******


            Pagi ini, disekolah Ana sedang memperingati tahun baru islam. Berbagai
 macam lomba di adakan, mulai dari lomba kaligrafi, menulis cerpen islami dan
 puisi islami. Ana Mencoba mengikuti lomba puisi islami, selain karena Ana suka
 menulis puisi tapi lewat lomba itu juga secara tidak langsung Ana ingin
 mengutarakan perasaannya.

          Saatnya giliran Ana untuk membacakan puisi karyanya. Dari atas panggung,
 dia mencari sosok Romi di antara sederetan bangku para penonton. Setelah
 melihat Romi dia tersenyum lalu mulai membaca puisinya.

Aku mengagumimu bukan karena ketampanan parasmu
Bukan karena kepandaianmu
Atau bahkan hartamu
Tapi aku mengagumimu karena kecintaanmu pada-NYA
Karena merdunya suaramu ketika melantunkan ayat-ayat cinta-NYA
Dan aku mengagumimu
Karena sifatmu yang senantiasa melindungi wanita
Karena kesederhanaanmu yang membuatmu begitu bersahaja
Jujur aku inginkan pemuda sepertimu untuk mendampingiku
Aku inginkan kamu untuk menuntunku menuju jalan-NYA
Untuk menghapus air mataku ketika duka
Dan berbagi denganku ketika suka
Aku ingin menjadi yang halal bagimu
Menemanimu menjalani kehidupanmu
Bersamamu mewujudkan mimpi
Bersamamu menuju hadapan sang Ilahi



            Tepuk tangan menggelegar ketika Ana selesai membaca puisinya. Di
 tatapnya wajah Romi yang juga melihatnya dari kejauhan. Setelah member
 hormat pada juri, Ana turun dari atas panggung. “Ana puisinya bagus. Menyentuh
 banget” kata Aisyah ketika melihat Ana. “Makasih” kata Ana lalu tersenyum. Ana
 pergi ke mushola lalu menangis di sana. Datang Anissa mendekatinya “Anti
 kenapa menangis ?” Tanya Anissa. Melihat Anissa, Ana langsung memeluknya
 erat dan menangis dalam pelukan Anissa.

          “Ana sudah tidak kuat Anissa. Ana tidak kuat memendam perasaan ini. Hati
 Ana sakit ketika mengetahui bahwa saudara Ana sendiri yang lebih baik untuk
 dia yang Ana sayangi. Di satu sisi Ana senang Anissa, Ana senang orang yang Ana
 sayangi bahagia bersama saudara Ana itu. Tapi, Ana tetap tidak bisa
 membohongi hati ana, ana cemburu Anissa” adu Ana pada Anissa. Semua
 perasaan yang selama ini dia pendam sendiri, kini dia ceritakan semuanya pada
 Anissa.

          “ Ana ngerti perasaan anti, ana tahu pasti ini tidak mudah. Sakit memang
 melihat orang yang kita sayangi bersama orang lain. Tapi, mungkin ini memang
 yang terbaik. Anti pasti dapat penggantinya yang lebih baik. Anti serahkan saja
 semuanya pada Allah. Perasaan itu datangnya dari Allah. Jadi, kembalikanlah
 pada-NYA. Karena cinta kita yang tertinggi ituhanya untuk Allah”  kata Anissa
 lembut menenangkan Ana.

         


“Terima kasih Anissa. Terima kasih udah ingatin ana jikalau Allah lah cinta
 di atas segala cinta. Kini ana sudah mulai bisa ikhlas buat merelakan semuanya.
 Ana sadar Allahtidak akan mengingkari janjinya” kata Ana tersenyum. Anissaa
 pun balas tersenyum. Lalu mereka berpelukan lagi.







Ya Allah dalam sujudku
Ku berserah padamu
Kuserahkan seluruh hatiku padamu
Bahagia dan sedihku hanya untukmu
Bantu aku untuk menghadapi ini semua
Ikhlas ku menerima kenyataan darimu
Ku korbankan cintaku hanya untuk saudaraku
Biarlah ya Allah
Biarlah dia bahagia bersama orang yang ku cinta
Aku yakin ku akan dapatkan pemuda yang lebih baik darinya
Yang lebih mencintai-MU di atas segalanya
Bantu aku tuk menyimpan sisa cintaku untuknya
Sampai saatnya tiba
Kau temukan kami dalam surga cinta-MU yang abadi selamanya

0 komentar:

Posting Komentar