Pada akhirnya, cinta menuntutmu untuk sama. Meski kau suka atau pun tidak.
-@Mas_Aih-
Hallo pria dinginku. Ini sapaanku yang kesekian untukmu tapi nyatanya aku tak benar-benar berani manyapamu selain dalam tulisanku ini. Aku punya alasannya sendiri mengapa tidak berani menyapamu yang pasti aku tidak dapat memberitahukannya padamu.
Bagaimana kabarmu pria dinginku? Apa hidupmu tetap indah? Hidupku pun tetap indah walaupun sekarang aku sering menangis. Tidak! Aku tidak menangisimu. Aku menangis karena aku memang sedang rapuh. Hatiku sedang lemah meski ku coba untuk kuat tetap saja aku adalah wanita yang lemah.
Hari senin nanti kamu berangkat bersenang-senang dengan teman-temanmu kan? Hati-hati dijalan ya, ku doakan semoga selamat sampai tujuan. Hari senin nanti juga aku mulai PKL. Pagi aku PKL di puskesmas, malamnya aku akan lanjut PKL di apotek. Iya aku pasti akan capek sekali dan akan sibuk sekali tapi tenang saja, aku bisa menjaga diriku dan mengatur waktuku.
Pria dinginku. Aku ingin mulai pelan-pelan menghapusmu dari dalam hatiku. Tapi akhir-akhir ini sikapmu menahanku untuk pergi. Bukannya aku mengharap atasmu, tidak ada yang ingin ku harapkan akan dirimu karena dari awal aku jatuhkan hatiku padamu, aku telah sadar bahwa perbedaan diantara kita tidak bisa disatukan. Kita berbeda, berbeda iman sedangkan cinta selalu menuntut "sama" untuk bisa bersama.
Pria dinginku, hari-hariku sekarang mulai disibukkan dengan PKL, Laporan PKL, Sidang PKL, menyusun proposal KTI, Penelitian, Seminar proposal, Seminar Hasil, Ujian Akhir Program, Ujian Kompetensi, dan akan berakhir di WISUDA. Doakan perjalananku lancar ya pria dinginku. Terimakasih kamu telah menjadi salah satu motivasiku agar aku tidak mempersembahkan nilai-nilai jelek yang ditempel di papan pengumuman kampus. Kamu tahu tidak? Aku malu jika nilai ujianku jelek lalu ditempel di papan pengumuman kampus, aku tidak ingin kalah denganmu. Walaupun nilaimu tidak selalu A tapi paling tidak kamu selalu lulus disemua mata kuliah yang susah sekalipun. Dan aku tidak mau kalah darimu.
Pria dinginku. Doakan aku ya semoga jalanku dipermudah oleh Allah untuk Wisuda. Dan untukmu, tetap semangat kuliahnya. Kamu pintar, Kamu hebat, Kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Aku selalu mendoakanmu meski kamu tidak memintanya.
Kalau boleh jujur, maaf, aku pernah menyimpan cemburu pada teman wanitamu. Dia teman terdekatmu. Kata teman-temanku kamu dan dia sangat dekat sekali dan si wanita sepertinya mengharap lebih padamu dari pertemanan itu. Dia menyukaimu. Tapi sayangnya kalian juga berbeda, jika agama kalian sama mungkin kamu dan dia sudah "jadian", begitu kata temanku. Tapi aku juga minta maaf padamu. Aku pernah merawat luka sahabat laki-lakiku disaat yang sama kamu juga terluka. Aku tidak mungkin membiarkan sahabat laki-lakiku terluka dan aku juga tidak mungkin untuk merawat lukamu. Apa kata teman-temanmu jika aku melakukan itu?. Aku tahu dari pertama pertandingan sampai akhir, dari pertama aku merawat luka sahabatku sampai pertandingan selesai kamu melihatnya. Kamu memperhatikanku. Aku sebenarnya khawatir padamu tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa merawatmu. Bukankah saat itu teman-teman wanitamu sudah mengelilingimu untuk merawatmu? Jadi kamu tidak butuh aku.
Pria dinginku, pesan terakhir untukmu. Jadilah dewasa ya, semoga tahun depan kamu lulus kuliah, lulus tepat waktu 3 tahun sesuai standar kelulusan kampus kita. Hidup dengan bahagia, gapai cita-citamu. Dan yang terpenting, seringlah tersenyum. Jangan pasang muka datar terus, kamu ganteng kalau senyum hehe
Sekali lagi, doakan aku ya semoga aku wisuda tahun ini. Terimakasih untuk semua kenangan yang sudah kamu beri. Aku akan perlahan-lahan pergi. Mungkin aku masih akan menuliskan hal tentangmu tapi itu bukan berarti aku tidak jadi pergi, aku hanya menulisnya sebagai kenanganmu yang bisa aku baca. Memori otakku tidak banyak dan banyak kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupku tiap harinya jadi aku perlu menuliskannya agar aku tidak lupa. Itu saja!
Kalau aku bisa mengingat detil tentangmu, itu bukan karena ingatanku kuat. Itu namanya mencintaimu.
-Namarappuccino-