Buscar

Hidup ini mahal





Iya. Hidup ini sangat mahal kawan. Sekarang biaya hidup sangat mahal. Itu kesimpulan yang ku ambil dari semua yang ku lihat dalam kehidupanku. Entah hanya perasaanku saja atau memang kenyataannya bahwa banyak kehidupan yang dibawah standar. Aku sering miris jika sedang dijalan. Banyak pemandangan yang ku lihat menyesakkan hati. Seperti ketika aku bolak-balik ke kampus dan perpustakaan umum. Ditengah macetnya jalanan. Dengan matahari yang bersinar sangat terik. Aku melihat seorang bapak-bapak berjualan madu ditrotoar. Madunya masih sangat banyak. Sepertinya belum ada satupun yang membeli. Sedangkan bapak itu tetap setia bersabar menunggu berharap ada seseorang yang membeli madunya. Ketika itu aku berpikir “jika hari itu tidak ada satu pun madu yang terjual, bagaimana bapak itu dan keluarganya makan?”. Sampai keesokan harinya ketika aku lewat lagi, aku masih menemukan bapak itu duduk setia menjajakan jualannya. Hingga entah hari ke berapa, aku melihat madu bapak itu sisa satu botol saja. Dan bapak itu tertidur dengan menundukkan kepalanya pada tangan yang memeluk lutut kakinya. Ingin menangis rasanya ketika melihat semua itu. Tak ada yang dapat ku lakukan selain mendoakannya.


Selain itu aku melihat disetiap sudut-sudut lampu lalu lintas. Banyak sekali anak-anak jalanan. Ada yang menjual koran, mengamen, dan lain sebagainya. Katanya sih mereka itu ada bosnya. Tapi ko tega banget yaaaa menyuruh anak kecil bekerja seperti itu, pasti mereka diberi upah yang tidak sesuai dengan yang mereka kerjakan. Aku pernah dua kali melewatkan peluang pahala, ketika anak-anak penjual koran memberhentikanku ingin menumpang. Tapi, karena aku membawa motor terlalu laju jadi aku ga bisa berhenti mendadak untuk menolong mereka. Aku berdoa semoga kesempatan itu masih ada. Hingga suatu hari, ketika itu aku pulang kuliah jam 6 sore. Aku berjalan santai dengan motorku. Karena terlalu capek, jadi aku ingin menikmati saja perjalananku. Angin sore saat itu juga terasa sejuk. Ketika motorku telah sampai tikungan yang dimana anak-anak penjual koran biasanya memberhentikan orang-orang untuk menumpang aku jadi teringat dan tidak jauh didepanku aku melihat seorang anak dengan masih memakai baju seragam sekolahnya, menggendong tas ranselnya duduk dipinggir trotoar. Aku melihat dia memberhentikan mba-mba yang berjalan didepanku, mba-mba itu bergeming saja melewatinya. Ketika aku didepannya aku langsung memberhentikan motorku. Dia berkata “mba ikut sampai lampu merak depan islamic yaaaa”. “iya, naik saja” kataku. Orang-orang yang sedang berhenti di lampu lalu lintas itu semua melihatku. Apa perduliku, setelah anak itu naik aku jalan saja. Tak ku hiraukan tatapan-tatapan yang melihatku. Ketika dijalan ku bertanya pada anak itu.

“masih sekolah kah dek?”

“iya mba”

“Kelas berapa?”

“Kelas 4 mba”

“jualan korannya dari jam berapa dek?”

“dari pulang sekolah langsung jualan mba”

“Rumahnya dimana dek?”

“di Samarinda seberang mba”

“biasanya jualan sampai jam berapa?”

“jam sebelas malam”

“terus pulangnya gimana?”

“ikut orang lagi mba, kalau ga ada yang mau numpangin ya jalan kaki”

Ya Allah Ya Rabb. Ga bisa ku bayangkan anak itu pulang jalan kaki tengah malam.
Karena saat itu sudah mau masuk waktu sholat maghrib. Aku membawa anak itu masuk lewat islamic center belakang. Ku pikir sekalian saja aku sholat toh dia minta antarnya di lampu merah depan islamic. Setelah aku selesai mengambil air wudhu dan naik ke tempat sholat. Di atas aku bertemu lagi dengan anak itu. Ku sapa dia.

“sholat juga dek?”

“iya mba. Sholat dulu baru jualan koran lagi”

Aku tersenyum. Ya Allah berilah rezekimu yang melimpah padanya.

Itulah kawan. Mengapa hidup ini ku katakan sangat mahal. Karena sekarang segala sesuatunya dinilai dengan uang. Tapi, sekarang tak banyak orang yang berduit yang memiliki hati dermawan. Mereka tak pernah menyadari bahwa harta mereka adalah cobaan, bukan nikmat. Mengapa ku katakan cobaan? Karena dengan harta yang berlimpah itu Allah telah mengujinya dengan melihat bagaimana dia menggunakan hartanya.

Terkadang kita tak pernah sadar bahwa dalam rezeki yang kita dapat di situ ada hak orang lain. Berbagi tidak akan membuat rezekimu habis kawan, malah semakin bertambah dan berlipat ganda. Jika kau melakukannya dengan hati. Berbagi itu sungguh indah kawan. Hati ini terasa lapang. Tak ada kesedihan. Tak ada belenggu.
Cobalah sekarang kawan kau buka matamu untuk melihat sekelilingmu. Bantulah mereka yang membutuhkan. Bantulah dengan bagaimana caramu bisa membantunya. Jangan kau egois dengan dirimu sendiri. Tak usah takut dengan tatapan-tatapan dan bisikan-bisikan orang-orang ketika melihatmu berbagi. Jika kamu sadar kawan. Dengan berbagi itulah kamu dapat merasakan kenikmatan hidup yang sebenarnya. Sungguh indah dan melapangkan hati

-Hidup ini memang mahal kawan, karena itulah jadikanlah hidup ini murah dengan caramu-

0 komentar:

Posting Komentar