Buscar

Penerimaan

Hari ini kotaku hujan dan hatiku pun sedang mendung. Tadi siang aku sudah menangis. Menangis secara tidak langsung. Karena sahabatku meneleponku dan menceritakan semua masalahnya padaku. Dia berkata "Maaf aku cerita ke kamu sedangkan kamu juga lagi ada masalah. Aku nggak tahu lagi harus cerita sama siapa". Aku bilang "nggak apa-apa. Dengan kamu cerita ke aku, aku merasa dibutuhkan. Dan aku bisa meluapkan perasaan yang sudah lama tak bisa tercurah." Rasa ingin menangis itu akhirnya tadi tersampaikan juga.

Katanya perihal hidup seperti bermain ular tangga. Kebahagiaan dan kesedihan kita seperti menanti angka berapa yang keluar dari dadu yang kita mainkan. Akan memberi jawaban apakah kita dapat terus berjalan, naik tangga, atau bahkan harus turun. Tidak ada yang manusia hisa lakukan selain menerima. Penerimaan atas rasa sakit. Penerimaan atas takdir. Dan aku masih belum bisa mengerti mengenai penilaian hal baik dan buruk menurut Allah atas hidupku.

Perbincangan ditelepon tadi dengan dia sangat menyesakkan dada. Masing-masing seperti karet. Mempermasalahkan mengapa harus begini dan begitu lalu menguatkan diri sendiri bahwa semua itu mungkin yang terbaik dari Allah. Itu cara Allah untuk sayang pada kita.

Hari ini aku benar-benar akan mengambil keputusan untuk pergi. Bukankah mimpi itu pertanda bahwa aku tidak seharusnya berharap lebih. Allah ingin mengitkankanku melalui hadirnya mimpi itu. Yang perlu aku lakukan ada menerima. Tapi aku akui aku masih belum lulus dalam cobaan Allah dalam hal "penerimaan dan keikhlasan". Aku masih perlu benar-benar menguatkan diri untuk melepaskan. Aku masih perlu benar-benar kuat untuk mengikhlaskan.

Sampai kapanpun aku dan mereka tidak akan pernah mengerti mengenai hal baik dan buruk menurut Allah. Yang harus kami mengerti hanyalah kami harus menerima hal baik dan buruk itu sebagai ketentuan yang selalu baik dari Allah. Kami hanya harus meyakini bahwa janji Allah itu pasti adanya.

Dalam hujan aku berhenti menangisi keadaan.

0 komentar:

Posting Komentar