kamis, 5 januari 2012
hari ini aku gajian ke-lima hehe. ga kerasa udah lima bulan aku kerja di apotek itu. banyak cerita yang ku dapat dari pertama masuk.
bulan pertama
pertama kali aku masuk kerja tanggal 14 agustus 2011, hari minggu. pertamanya agak gugup sih, kan belum ada pengalaman apa-apa. takut ga bisa kalau di tanya-tanya sama pembeli. yah jam-jam pertama masih kaku ngelayani pembeli, ngelayani resep. tapi, waktu udah agak lama udah mulai terbiasa. apotek tempat aku kerja juga baru buka pada bulan agustus itu. jadi, belum terlalu banyak yang tau. apotek rame pada hari minggu. pemilik apotek tempat aku kerja adalah seorang suami istri. aku memanggilnya bapak dan ibu. ibunya ini dokter praktek di tempat aku kerja. kalau bapak ikut bantuin juga di apotek, padahal bukan bidangnya tapi bapak hapal obat-obatan. bapak itu lulusan teknik sipil. bapak sama ibu menikah waktu ibu masih disemster 6 kuliah. mereka punya 3 orang anak. anak pertama kelas 2 sd, yang kedua kelas 1 sd, dan yang ketika masih bayi. jadi, kalau sendiri di apotek kadang main-main sama mereka juga. aku sering ceritaan sama bapak dan ibu. sudah seperti keluarga sendiri rasanya. bapak juga pernah memanggilku "Nak", kaya manggil anak sendiri haha
bulan kedua
kalau kerja di apotek gitu, sama aja sih kaya kerja di toko-toko gitu. banyak berinteraksi dengan orang. dan banyak berhadapan dengan berbagai macam sifat. aku pernah jualin obat sama bapak-bapak yang pemarahan. karena waktu itu lagi banyak pembeli, aku jadi rada ga konsen dan salah sedikit ee dimarahin sama bapaknya. malu sih, kan banyak orang tapi mau kaya apa lagi. diam aja jadinya. mau nangis rasanya tapi, katanya ibu "udah biar aja, bapaknya tu memang pemarahan".
pernah juga ada ibu-ibu dan bapak-bapak pergi berobat. waktu itu masih ada pasien di dalam ruang dokter akhirnya ibunya itu nunggu. sambil nunggu dia cerita ke aku. dia bilang dokternya baik. ibunya yang cerita sama aku itu sakit jantung. tapi, dia orang yang ga punya. sedangkan pengobatan untuk jantung kan mahal. ibunya itu juga nekat sebenarnya pergi berobat, soalnya ga punya uang. tapi, sakit jantungnya lagi kumat. katanya sama ibu dokter disuruh berobat rutin ke tempat prakteknya. ga usah mikirin biaya. seadanya uang aja bayarnya. aku cuma bisa senyum aja dengarnya :)
bulan ketiga
apotek kadang sepi, kadang rame. kalau udah sepi, sepi betul. tapi, kalau udah rame ga bisa duduk sama sekali. kaki rasa mau lepas (lebay, tapi emang iya begitu). aku masih ingat waktu itu sore hari, aku di apotek berdua dengan bapak. apotek lagi sepi. lalu ada kakek-kakek masuk ke apotek. dia bawa karung agak besar di punggungnya, entahlah itu karung isisnya apa. kakek itu cari obat untuk istrinya. karena bapak liat aku rada bingung mau ngelayaninya kaya apa, jadi bapak ambil alih. aku bener-bener nahan nangis waktu itu. aku jadi ingat kakek.ku dirumah. aku ngerasa kasian, udah tua hidupnya susah. istrinya sakit pula. tau ga kakeknya itu beli obat uangnya recehan semua. jadi ya dia beli obat seadanya, karena memang dia ga punya uang. sampai kakek itu pergi aku masih teringat dia. memikirkan tentang kakek itu. membuatku betul-betul bersyukur dengan kehidupanku. dan aku merindukan suasana untuk berbagi kepada sesama.
bulan keempat
entah malam apa waktu itu, aku lupa. yang aku ingat hanya ada seorang ibu-ibu membawa bapaknya untuk berobat. karena masih ada pasie di ruang dokter. sambil menunggu bapak di apotek mengajak ngobrol bapak si pasien tadi. aku tidak begitu mendengarkan sih. sampai ketika aku sedang mengerjakan resep bapak itu. bapak apotek melihati isi resepnya, apa-apa aja obatnya. lalu bapaknya berkata "mahal-mahal obatnya ini dek. kasian bapaknya itu. bapaknya itu kerjanya di pedalaman sana dek, bukan sebagai supir atau apa. tapi, bisa dibilang sebagai pembantu begitu. apa yang orang suruh kerjakan ya itu yang dikerjakan. kalau disuruh merumput, ya merumput. disuruh masak ya masak. disuruh cuci mobil ya cuci mobil. susah buat dia cari kerjaan dek, soalnya dia ga pernah sekolah, ga punya ijazah". deg... sakit dengarnya. aku cuma bisa diam sambil merenungi kata-kata bapak tadi dan aku bersyukur didalam hati, alhamdulillah masih bisa kuliah walaupun awalnya aku ga pernah terpikir kuliah di bidang farmasi. tetapi, seperti apa yang dosenku pernah bilang, aku sudah semester 3 mau naik ke semester 4, pikiran tentang ketidak sukaan tentang farmasi ataupun masuk farmasi karena disuruh orang tua harus dibuang dan ditanamkan bahwa mulai saat ini aku masuk ke farmasi karena aku ingin.
bulan kelima
waktu itu malam hari. di apotek ada bapak dan orang dari PBF yang sedang ceritaan dengan bapak. karena lagi sepi, aku duduk-duduk main hp dibawah. aku mendengar ribut-ribut di luar. lalu ga lama masuk seorang cewek, kayanya sih masih SMA. dia terlihat agak malu ingin mengatakan mau beli apa. ketika aku bangkit dan dia melihatku dia tersenyum lalu dia bilang "Mba, beli test pack". aku sih cuek, ku ambilkan aja test packnya. dia masih aja cengengesan, lalu dia bilang sama orang PBF yang sedang ceritaan sama bapak "Jangan diliatin, aku malu". memang sih orang PBF itu ngeliatin dia, yah paling mikir yang gimana-gimana gitu. waktu anak itu pergi orang PBF itu bilang begini "ngelakuinnya ga malu, tapi kalau sudah begini baru malu". bapak ketawa, aku cuma tersenyum aja dengarnya. dan aku mengiyakan juga dalam hati. aku jadi teringat kata-kata seseorang dia bilang "cwo itu ga pernah rugi". aku semakin ga bisa berkata apa-apa.
banyak juga aku mendapat pembeli yang mengidap penyakit sifilis, GO, dan sejenisnya. biasanya mereka malu untuk menyebutkan ingin membeli obatnya. pernah waktu itu, aku melihat bapak-bapak dengan anaknya di depan apotek. lama. ga masuk-masuk ke apotek juga, ku pikir mau ngapain juga. aku sempat ngeliat bapak itu menyuruh anaknya untuk membeli, tapi anaknya ga mau. akhirnya ketika apotek sepi barulah bapaknya itu masuk dan membeli obat untuk penyalit K itu.. hehe disensor yaaa,, aku cuma sebutin huruf depannya aja.
yah, banyak cerita dan pelajaran yang bisa di ambil dalam kehidupan ini.
semakin kamu menyadarinya semakin kamu bersyukur dengan kehidupanmu