“Ris, gantiin aku ujian praktikum
besok dong?” kata Lisa sehabis dia membuka pintu kamar Risa tanpa permisi.
“ketuk pintu dulu kenapa?” kata
Risa sewot.
“Alaaaah Ris, sama saudara
sendiri masa harus pakai ketuk pintu segala sih” Lisa membela diri.
“Mama, papa, kak Evan aja kalau
masuk kamarku ketuk pintu dulu. Dan itu juga berlaku untuk kamu Lisa” Risa
mempertegas.
“Oke-oke sorry. Gimana? Bisa
gantiin aku ujian besok? Aku lagi malas belajar buat ujian besok, mana besok
itu dosen yang nguji udah pada S2 semua lagi. Udah dewanya tau” Lisa cerita
panjang lebar.
“Kalau udah tau bakalan susah
kuliah di kedokteran kenapa juga ambil jurusan itu Lis”.
“Ih. Banyak Tanya yaaaa kamu. Kan kamu sudah kuliah jurusan photografi, kak
Evan kuliah Bisnis biar bisa ngelanjutin perusahaannya Papa. Kamu tau sendiri
Mama pengen ada anaknya yang jadi dokter. Ya sudah aku ngalah ambil kedokteran.
Lagian juga ini pertama kalinya aku minta kamu gantiin aku Ris”.
“Oke-oke aku gantiin kamu ujian
besok. Tapi, untuk kali ini aja yaaa. Awas kalau nanti minta-minta gantiin
lagi”.
“hehehhe oke deh saudaraku yang
baik. Tenang aja, sekali ini aja ko. Janji” Kata Lisa sambil mengangkat jarinya
membentuk huruf V.
Esoknya…
“pagi Ma, Pa. kak evan udah
berangkat duluan ya?” Tanya Risa ketika berada di ruang makan ikut bergabung
untuk sarapan pagi.
“Iya, kakakmu sudah berangkat
pagi-pagi sekali tadi. Katanya ada praktek lapangan hari ini” jawab Mama.
“Eh mana Lisa, ko belum turun
katanya hari ini dia ada ujian” Tanya Mama lagi.
“Itu dia masih siap-siap di
kamarnya” Jawab Risa.
Dan tidak lama Lisa sudah ikut
bergabung juga untuk sarapan pagi. Setelah sarapan Lisa dan Risa berpamitan
untuk berangkat kuliah. Mama memperhatikan penampilan kedua putri kembarnya
itu. Ada yang berbeda. Risa hari ini rapi sekali dengan baju kemeja yang
dikenakannya sedangkan Lisa hanya berpakaian santai seperti penampilan Risa
dihari biasanya. Tapi, Mamanya hanya bertanya dalam hati saja, karena kedua
putrinya sudah pergi duluan sebelum sempat bertanya mengenai penampilan mereka
yang berbeda.
Di kampus Lisa…
Risa sedang membaca diktat
praktikum sambil menunggu gilirannya untuk masuk ke dalam ruang ujian.
Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Risa menoleh dan mendapati seorang
cowok tengah tersenyum padanya “Gugup Sa?” tanyanya.
“Eh. Iya, aku takut nggak bias
jawab pertanyaan dosen” Jawab Risa sambil ngedumel dalam hati “Haduh ini cowok
siapa lagi, apa dia emang suka deketin Lisa ya. Aku kan Risa bukan Lisa. Tapi,
teman-teman kampusnya Lisa mana ada yang tau kalau Lisa Kembar”.
“Tenang aja Sa. Kamu pasti bisa
jawab pertanyaan dari dosen-dosen itu. Kan setauku selama ini nilai-nilaimu
selalu yang tertinggi di angkatan” katanya menghibur.
“apa iya nilai Lisa paling tinggi
seangkatan. Berarti Lisa pintar dong terus kenapa harus minta gantikan aku buat
ujian hari ini” omel Risa dalam Hati.
“Eh ko ngelamun sih Sa?” Tanya
cowok itu.
Risa tersadar dari lamunannya dan
hanya tersenyum pada cowok itu.
“Wisnu. Giliran kamu tuh di
panggil masuk” kata salah seorang teman.
“Aku masuk duluan ya Sa. Kayaknya
kamu dipanggil paling akhir deh Sa. Biar bisa ditanya-tanya paling Lama” kata
Wisnu sambil cengengesan pergi. Risa hanya tersenyum menanggapinya.
“Oh namanya Wisnu. Manis juga.
Ntar dirumah aku godain ah si Lisa” ucapnya dalam hati sambil tertawa pelan
membayangkan apa yang akan dia lakukan pada Lisa.
Ternyata benar, seperti apa yang
dibilang Wisnu kalau dia mendapatkan giliran terakhir untuk di uji dan benar
juga kalau dia ditanya-tanya paling lama. Pertanyaan dari A sampai Z. karena
dapat giliran terakhir maka jam 5 sore baru Risa keluar dari ruang ujian. Dia
merasa kelelahan. Dia terduduk di kursi diluar ruangan.
‘Ini. Minum” kata seseorang
sambil memberikan sebotol minuman dingin kehadapan Risa yang sedang menunduk.
Risa mengangkat wajah dan
mendapati Wisnu dihadapannya. Risa tersenyum dan mengambil botol minuman yang
diberikan Wisnu lalu meminumnya. Wisnu duduk disebelahnya.
“Gimana? Ditanyain susah-susah
tadi” Tanya Wisnu setelah Risa selesai meminum minumannya.
Risa mengangguk lalu berkata
“Iya, gila tuh dosen yaaa.. nggak lagi-lagi deh aku mau ujian sama mereka.
Untung Cuma kali ini aja”.
“Cuma kali ini aja apa maksudnya?
Kan semester depan kita ketemu lagi tuh sama dosen-dosen itu” Tanya Wisnu
bingung.
“Eh iya ya. Ku pikir nggak akan
ketemu lagi” Kata Risa ngasal. “padahal tadi kan maksudku untung Cuma sekali
ini aja aku gantiin Lisa ujian” tambahnya dalam hati.
Wisnu tersenyum lalu bangkit dari
duduknya “Ayo pulang. Sudah sore, kamu istirahat gih dirumah. Kamu bawa
kendaraan nggak. Kalau nggak sekalian aja ku antar pulang” katanya.
“ah.. eh.. itu aku nggak bawa
kendaraan tadi aku di antar saudaraku” jawab Risa. Memang benar tadi ketika
berangkat kuliah Risa dan Lisa berangkat bersama. Satu mobil dan Lisa yang
membawa mobil itu ke kampus Risa.
“ya sudah ayo aku antar” kata
Wisnu tersenyum.
Risa tersenyum dan mengangguk.
Mereka pun berjalan menuju tempat parkir.
Di kampus Risa…
Haduh yang mana sih kelasnya
Risa, bentar lagi kuliah di mulai. Bisa dimarahin nih kalau telat.
“Risa…” panggil seseorang.
Lisa pun menoleh dan mendapati
seorang cowok tinggi putih dengan alis tebal sedang tersenyum padanya. “Cakep”
ujarnya dalam hati.
“kamu kemana? Kelas kita di sini.
Sudah lupa yaaaa” kata cowok itu lagi.
Lisa mengernyit dan menunjuk ke arah
ruang kelas “ini” ujarnya. Cowok itu mengangguk tanda “iya”.
Lisa tersenyum sambil tertawa
kecil. Malu.
Selama perkuliahan Lisa menyimak
dengan baik. Lisa suka mempelajari hal yang baru, walaupun dia memiliki sifat
yang jail dan terkadang kurang serius tapi jika menghadapi suatu hal yang baru
maka dia akan serius. “kuliah photografi nggak sesusah kuliah kedokteran”
ucapnya dalam hati.
Perkuliahan berlangsung selama
satu setengah jam. Setelah perkuliahan usai, Lisa keluar ruangan. Tujuannya
ingin ke kantin dan mengisi perut dengan makanan-makanan ringan sambil menyesap
cappuccino minuman kesukaannya. Di kantin dia mendapati cowok yang tadi pagi
menegurnya. Dia datangi meja tempat cowok itu menunggu pesanan makanannya datang.
Kebetulan cowok itu sedang sendirian.
“Aku gabung ya” katanya tanpa
menunggu jawaban dari cowok itu.
Cowok itu tersenyum ketika
melihat Lisa duduk dihadapannya. “mau makan? Sudah pesan?” tanyanya.
“iya. Sudah kok” kata Lisa.
“haduh, ini cowok siapa namanya ya” tambahnya dalam hati.
Pucuk di cinta ulam pun tiba.
“Mas Rico ini makanannya” kata si mbok kantin memberikan makanan Rico. “Oh
namanya Rico” gumam Lisa dalam hati.
“mbanya tunggu sebentar ya.
Makanannya lagi dibuatkan” kata si mbok pada Lisa. Lisa mengangguk dan
tersenyum.
Tidak lama makanan Lisa datang.
Mereka makan sambil mengobrol. Lebih tepatnya Lisa yang bicara dan Rico menjadi
pendengar setia dengan sesekali menanggapi perkataan Lisa. Setelah makan Rico
berkata “habis ini udah nggak ada kuliah lagi kan kita? Kamu bawa kamera
nggak?”.
“bawa. Kenapa?” Tanya Lisa.
“ikut aku motret yuk. Kebetulan
hari ini aku ada tawaran motret dari majalah yang dikelola om ku dan om ku
butuh 2 orang photografer” katanya menjelaskan.
“wah tawaran bagus nie. Toh hasil
potretanku juga nggak jelek-jelek amat. Kan aku suka juga pinjam kameranya Risa
buat motret” kata Lisa dalam hati.
“oke. Boleh” jawab Lisa.
Mereka pun pergi ke parkiran kampus
bersama. Rico membawa sepeda motor dan Lisa mengikutinya dengan mobil yang
dibawanya.
Di rumah malam harinya….
“Eh. Gimana tadi di kampus kamu
nggak buat ulah yang buat aku malu kan?” Tanya Risa ketika memasuki kamar Lisa.
“ketuk pintu dulu kenapa?”
Katanya menirukan perkataan Risa padanya kemarin malam.
“nggak usah ngejek deh yaaaa”
kata Risa mulai geram. Risa tau banget kalau saudara kembarnya yang satu ini
hobby banget ngejek orang.
Lisa tertawa dan berkata “Tenang
aja. Aku nggak mempermalukan kamu kok. Malah aku bikin nama kamu jadi baik”.
“maksudnya?” kata Risa yang kini
sudah duduk di tepi tempat tidur Lisa.
“iya. Tadi aku di ajakin Rico
untuk motret model buat majalah di perusahaan majalah milik omnya. Karena Rico
ganteng dan aku nggak punya alasan buat nolak jadinya aku terima deh ajakan dia
buat motret”. Kata lisa dengan raut bahagianya.
“Apa? Rico ngajakin kamu motret”
kata Risa kaget.
“iya. Kenapa emangnya?” Tanya
Lisa polos sambil menaiki tempat tidurnya.
“ah.. nggak apa-apa baguslah.
Hasil potretanmu nggak memalukan kan?”
“Ya nggak lah. Lisa gitu. Tadi
dapet pujian dari Rico sama omnya waktu liat hasil potretanku”
“Iya? Serius?”
“iya. Masa aku bohong. Buat apa
juga buat cerita bohong”
Risa manggut-manggut dengan
pikiran mengenai Rico di dalam otaknya.
“Eh terus gimana tadi ujianku.
Kamu lancar aja kan jawab pertanyaan dari dosen-dosen itu” Tanya Lisa.
“tenang. Ujianmu sukses. Sukses
buat aku tewas. Gimana nggak, masa tadi aku dapat giliran ujian paling terakhir
terus ditanya-tanya banyak banget lagi. Beda banget sama anak-anak yang lain
yang ditanya paling nggak 20 menit satu orang” cerita Risa.
Lisa tertawa. Dia sudah bisa
menduga apa yang akan terjadi pada Risa dan ujiannya.
“eh ketawa lagi dia. senang liat
aku susah. Pokoknya aku nggak mau lagi gantiin kamu ujian” kata Risa ngambek.
“hahhahaha iya-iya nggak
lagi-lagi deh” kata Lisa masih tertawa.
“tapi…..” kata Risa menggantung
perkataannya.
“Tapi apa?” Tanya Lisa nggak
sabaran.
Risa tersenyum melihat ekspresi
penasaran dari wajah Lisa.
“tapi apa Merisa Anjaya?” kata
Lisa sudah tidak sabar.
“sabar kenapa sih Melisa Anjaya”
katanya lalu tertawa puas.
Lisa manyun melihat kelakuan saudara
kembarnya itu. Setelah puas tertawa dan melihat wajah manyun Lisa, Risa
melanjutkan kata-katanya “tapi, tadi aku ketemu cowok manis. Dia baik banget
lagi sama aku. Kayaknya sih tadi dia nungguin aku sampai selesai ujian. Eh
lebih tepatnya nungguin kamu Lis, tapi karena hari ini aku jadi kamu jadinya
aku yang ditungguin dia hahahhaa” katanya tertawa lagi.
“cowok? siapa?” kata Lisa
“namanya Wisnu. Kayaknya dia suka
ya sama kamu. Dia tau banyak tentang kamu. Kayaknya dia sering merhatiin kamu”
kata Risa.
“masa sih? Memang dia baik sama
aku. Tapi, dia kalem banget. Bukan tipe aku banget Ris. Kasian dia kalau dapet
cewek yang nggak bisa diam kaya aku” kata Lisa.
Risa tertawa mendengar perkataan
sodara kembarnya itu. Sambil bercanda dia berkata “Yasudah buat aku aja. Kamu
ambil Rico aja”.
“maksudmu? Kamu suka sama Wisnu
Ris?” Tanya Lisa.
“pikir aja sendiri” kata Risa
tertawa meninggalkan kamar Lisa.
“nyebelin ih” kata Lisa melempar
bantal ke Risa, sayangnya sasaran meleset.
Semenjak acara tukaran tempat
antara Lisa dan Risa. Lisa menjadi semakin dekat dengan Rico walaupun di kampus
Risa lah yang sering mengobrol dengan Rico tapi, demi saudara kembarnya Risa
meladeni Rico dan di luar kampus. Rico sering bertukar pesan singkat atau
membuat janji memotret bersama Lisa. Sampai saat ini Rico belum tau jikalau
selama ini dia dekat dengan Lisa bukan Risa.
Begitu juga dengan Wisnu.
Semenjak kejadian waktu itu, Wisnu semakin menjadi mendekati Risa yang
dikiranya adalah Lisa. Di kampus pun Lisa harus bersikap baik kepada Wisnu
untuk menjaga kedekatan Risa dengan Wisnu. Dan di luar kampus juga Wisnu dan
Risa sering bertukar pesan singkat dan membuat janji untuk pergi hang out
bersama dan terkadang mengerjakan tugas kuliah bersama. Walaupun dalam
pengerjaan tugas ini, Risa harus mengantikan Lisa mengerjakan tugas kuliahnya.
Dan hari ini, tepat sebulan
kedekatan mereka. Lisa dan Risa membuat janji dengan Rico dan Wisnu untuk
dinner. Lisa dan Risa yang menentukan dimana tempat mereka akan dinner dan Lisa
dan Risa memesan meja yang sama. Karena malam ini, Lisa dan Risa ingin
memberitahukan tentang mereka yang sebenarnya.
Tepat jam 7 malam. Lisa dan Risa
pergi bersama ke tempat yang sudah mereka janjikan pada Rico dan Wisnu. Mereka
sengaja tidak minta di jemput dan langsung bertemu ditempat makan saja.
Sesampainya di tempat makan. Rico dan Wisnu sudah berada di meja yang mereka
pesan. Lisa dan Risa datang dengan Lisa yang berjalan di depan sedang Risa
mengikuti dibelakang.
Melihat Lisa berjalan ke arah
mereka. Sontak Rico dan Wisnu tersenyum lalu sama-sama berdiri menyambut
kedatangan Lisa dan Risa. Rico dan Wisnu saling tatap, bingung mengapa mereka
sama-sama berdiri apakah mereka menyambut orang yang sama. Belum selesai
kebingungan mereka, mereka dikejutkan lagi dengan kemunculan Risa dari belakang
Lisa.
“Ko ada dua?” kata Wisnu polos.
“iya” tambah Rico.
Lisa dan Risa tersenyum. “ayo
duduk” kata Lisa mempersilahkan. Rico dan Wisnu pun duduk dengan ekspresi yang
masih bingung tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
“jangan pasang ekspresi begitu
dong. Nggak enak banget di liatnya” Risa angkat bicara.
“aku bingung liat kalian berdua”
jawab Wisnu.
“perkenalkan” kata Risa
mengulurkan tangannya kepada Wisnu, Wisnu menerima uluran tangan Risa lalu Risa
melanjutkan Bicara “Namaku Merisa Anjaya. Panggil aja Risa”.
Lisa juga melakukan hal yang sama
pada Rico “Namaku Melisa Anjaya. Panggil aja Lisa”.
“Aku yang waktu itu kamu temui
waktu ujian. Aku yang waktu itu kamu beri minuman, dan aku yang waktu itu kamu
antar pulang, dan aku juga yang selama ini membalas pesan-pesan singkat dari
kamu” kata Risa pada Wisnu.
“Aku yang waktu itu kamu tegur
karena kelewatan ruangan. Aku yang waktu itu duduk di meja yang sama dengan
kamu di kantin kampus. Aku yang waktu itu kamu ajakin motret bareng di majalah
milik om mu dan aku yang selama ini membalas pesan-pesan singkat dari kamu”
Kata Lisa pada Rico.
“Jadi, kalian kembar?” kata Rico
dan Wisnu bersamaan.
Risa dan Lisa menganggung
bersamaan lalu tertawa.
“ya nggak apa-apalah. Nggak dapat
Lisa tapi, dapat kembarannya juga nggak apa-apa. Orang sama-sama cantik dan
pintar” kata Wisnu blak-blakan. Risa memukul tangannya.
“iya bener. Nggak dapat Risa tapi
dapat Lisa. Not bad lah” kata Rico berkomentar. Lisa tertawa memandang Rico.
dan si kembar pun telah
memberitaukan identitas mereka yang sebenarnya pada Rico dan Wisnu. Tidak ada
lagi Lisa menjadi Risa atau Risa menjadi Lisa. Kini mereka menjadi diri mereka
masing-masing. Karena walaupun fisik mereka sangat mirip tetapi tetaplah mereka
dua orang yang berbeda. Lisa adalah Lisa dan Risa adalah Risa.