Perbincangan beberapa menit lalu masih terngiang ditelingaku. Teman lama, teman SMA datang ke rumahku. Semenjak lulus SMA dia dan mamanya, serta kakak dan adeknya pindah ke Balikpapan. Hingga hanya sesekali saja jika ada waktu luang dia ke Samarinda. Dia kerumahku tanpa sengaja, sebenarnya tadi hanya ingin belanja di toko ku tapi sambil menunggu temanku juga yang merupakan tetanggaku sendiri kami mengobrol. Singkat. Tapi lagi-lagi ada pelajaran hidup yang ku dapatkan.
Awal perbincangan hanya membicarakan masalah kuliah kami masing-masing. Kuliah yang penuh kesibukan, praktikum, dan ujian. Sampai pada akhirnya dia bercerita bahwa mamanya baru saja meninggal. Dia berkata “aku stress. Aku hampir gila kalau aku ga bisa mengendalikan logikaku. Kalau aku ga kuat mungkin sekarang aku sudah di rumah sakit jiwa”. Aku terdiam tak tau mau bicara apa waktu mendengar ceritanya. “meninggal kenapa?” tanyaku. Pertanyaan yang bodoh hmm. “yaa meninggal aja” jawabnya. Tanpa melihat wajahku.
Ku lihat dari matanya, dia butuh teman untuk bercerita. “sakit kah?” tanyaku lagi. “ga. Ya meninggal aja. Aku aja kaget dikasih kabar mamaku meninggal” katanya. Lama aku menunggu. Akhirnya dia memberi penjalasan lebih lanjut. “dibunuh bapak tiriku” katanya. “mayatnya sempat dibawa ke Samarinda. Mayatnya ditemukan di Sangata. Ditemukan sama pemulung. Mayatnya dibuang di tempat sampah, dimasukkan dalam koper” jelasnya. Aku terdiam. Ada perasaan tak enak hati menelusup dalam dadaku. “ga diproses hukum?” tanyaku. “sudah” katanya. “pembunuhnya sempat mau bunuh diri dengan minum 15 butir obat penenang” tambahnya.
Ku Tanya lagi “jadi sekarang sama siapa di Balikpapan?”. “ada kakak, ade, dan nenek ku” jawabnya. “jagain adekmu tu, mamamu kan sudah ga ada. Yang kuat. Kakakmu pasti butuh kamu juga buat bertahan” kataku. “iya. Aku emang harus kuat” katanya.
Ya Allah. Tak ada yang bisa ku katakana selain terimalah amal ibadah mamanya. Tempatkan ia ditempat yang terbaik disisimu. Ampunilah dosa-dosanya. Dan berilah kekuatan pada temanku. Amin
Kejadian ini, lagi-lagi membuatku waspada jika suatu saat aku yang ada dipihaknya. Ditinggalkan oleh orang yang sangat berharga. Seperti udara yang selalu dibutuhkan untuk bernafas. Itulah mama
Sampai saat ini, jika aku memikirkan bagaimana jika mama pergi meninggalkanku. Apa aku bisa kuat?
Begitupun jika bapak yang pergi. Apa semua keadaan akan tetap sama?
Ku serahkan semua padamu Allah. Ku yakin takdirmu selalu yang terbaik untuk kehidupanku
*untuk temanku. Yang tegar, Allah menyayangimu :)
0 komentar:
Posting Komentar