Selamat malam tuan
Maafkan aku masih menjadikanmu nafas dalam setiap tulisan-tulisanku
Maafkan aku masih terbayang wajahmu ketika menuliskan kata demi kata itu
Maafkan aku
Aku telah rela melepaskanmu tuan
Jika itu yang memang harus aku lakukan
Untuk kebahagiaanmu
Demi kebahagiaanku
Kau tahu tidak tuan?
Aku sering terbayang wajah wanitamu
Menerka-nerka secantik apakah rupanya
Hingga kamu lebih memilih dia
Setelah memupuk rasa dalam hatiku
Kau tahu tidak tuan?
Rasa sakit itu menguatkanku
Meski tak ku pungkiri
Aku hancur lagi, karenamu
Kau harus tahu tuan
Melepaskanmu sama dengan aku tidak ingin bertemu denganmu lagi
Meski katanya aku harus berdamai dengan kenyataan
Iya aku berdamai dengan kenyataan, tapi tidak ingin bertemu
Itulah pilihanku
Tidak apa
Aku juga tidak mungkin memaksa
Karena sesuatu yang terpaksa itu buruk adanya
Dan aku tidak akan mengambil kunci yang bukan untukku
Tidak akan dan tidak mau
Aku tahu diri
Karena itu aku ingin memasuki hati
Yang memang terbuka untukku
Yang memang menjadikanku ratu
Ah, selamat tinggal tuan
Mari kita sama-sama berbahagia
Semoga ini yang terakhir
Dari wanita yang kau buat patah hatinya
Ini aku, wanita yang telah kau buat patah hatinya. Duduk sendiri dipinggir pantai ini. Menikmati senja ditemani irama ombak. Berharap dapat menghibur hati.
Banyak yang tak ku mengerti perihal hidup ini. Mengapa Tuhan menciptakan kebahagiaan bersama-sama dengan kesedihan? Mengapa Tuhan adakan pertemuan jika harus berakhir perpisahan? Apakah karena Tuhan ingin kita lebih bersyukur atau karena dunia hanya sementara, dengan itu Tuhan mengajarkan kita rela? Yang aku mengerti setiap hati selalu ingin bahagia, bukan kecewa.
Aku tidak membencimu yang sudah membagi hatiku menjadi dua, tidak utuh lagi. Aku juga tidak membencimu karena sudah dengan sengaja meninggalkanku. Tapi aku membencimu karena dengan sengaja datang membawa bahagia lalu pergi ketika hati ini mulai berbunga. Apakah semua lelaki seperti itu? Jika jawabannya tidak. Kenapa banyak wanita yang merasaan sakit akibat ulah lelaki?
Terlalu banyak kata "kenapa" dalam pikiranku ini tuan.
Meski sakit aku harus tetap berjalan kembali. Mengumpulkan kepingan-kepingan hatiku yang retak sendirian. Kau tahu tuan? Sesuatu yang sudah hancur tidak akan bisa utuh kembali dan sungguh aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Karena bagiku seseorang yang memilih pergi tidak ada tempat baginya untuk kembali. Tidak ada tuan. Tidak ada!
Banyak yang tak ku mengerti perihal hidup ini. Mengapa Tuhan menciptakan kebahagiaan bersama-sama dengan kesedihan? Mengapa Tuhan adakan pertemuan jika harus berakhir perpisahan? Apakah karena Tuhan ingin kita lebih bersyukur atau karena dunia hanya sementara, dengan itu Tuhan mengajarkan kita rela? Yang aku mengerti setiap hati selalu ingin bahagia, bukan kecewa.
Aku tidak membencimu yang sudah membagi hatiku menjadi dua, tidak utuh lagi. Aku juga tidak membencimu karena sudah dengan sengaja meninggalkanku. Tapi aku membencimu karena dengan sengaja datang membawa bahagia lalu pergi ketika hati ini mulai berbunga. Apakah semua lelaki seperti itu? Jika jawabannya tidak. Kenapa banyak wanita yang merasaan sakit akibat ulah lelaki?
Terlalu banyak kata "kenapa" dalam pikiranku ini tuan.
Meski sakit aku harus tetap berjalan kembali. Mengumpulkan kepingan-kepingan hatiku yang retak sendirian. Kau tahu tuan? Sesuatu yang sudah hancur tidak akan bisa utuh kembali dan sungguh aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Karena bagiku seseorang yang memilih pergi tidak ada tempat baginya untuk kembali. Tidak ada tuan. Tidak ada!
Ayah, Ibu
Ayah, ibu maafkan aku yang memilih bekerja jauh dari kalian. Maafkan aku yang memilih tinggal jauh dari kalian.
Ayah aku tahu meski dihadapanku engkau memperlihatkan bahwa kau rela aku pergi padahal dalam hati kau juga menyimpan kesedihan.
Ibu aku tahu engkau tak pernah mau anakmu jauh darimu. Meski kau melepasku tapi hatimu tidak rela. BAhkan ketika aku pergi dan berpamitan kau tak berani menatap wajahku. Takut kelihatan kesedihanmu olehku.
Ayah, ibu maafkan aku. Sungguh ini semua pun tidak mudah bagiku. Aku sungguh sakit ketika meninggalkan kalian. Tapi aku keras kepala, aku keras hati. Sehingga tetap memilih untuk pergi.
Ayah, ibu maafkan aku. Banyak hal yang aku sembunyikan dihadapan kalian. Aku sudah lelah bertahan. Aku lelah melihatkan bahwa aku kuat. Aku ingin berhenti membohongi diri.
Ayah, ibu. Mungkin menurut mereka aku pencundang. KArena aku lari membawa diri jauh-jauh dari semua orang yang tak ingin aku temui. Tapi biar saja mereka berkata apa. Ku bilang aku sedang menyelamatkan hatiku. Aku ingin bahagia dan aku berhak bahagia.
Ayah, ibu. Selama aku jauh dari kalian. Sungguh banyak ketakutan yang aku rasakan. Aku takut aku akan benar-benar jauh dari kalian. Aku takut ketika aku diperantauan, kalian akan di ambil Allah. Aku takut, sungguh!
Tapi aku mencoba berpikir positif kepada Allah. Bahwa Allah yang memiliki segala yang ku miliki di bumi ini. Senoga Allah berkenan menjaga kalian.
Ayah, ibu maafkan aku. Kalian harus tahu bahwa sebanyak apapun kata tidak akan mampu mengungkapkan betapa aku mencintai kalian. ,
Ayah aku tahu meski dihadapanku engkau memperlihatkan bahwa kau rela aku pergi padahal dalam hati kau juga menyimpan kesedihan.
Ibu aku tahu engkau tak pernah mau anakmu jauh darimu. Meski kau melepasku tapi hatimu tidak rela. BAhkan ketika aku pergi dan berpamitan kau tak berani menatap wajahku. Takut kelihatan kesedihanmu olehku.
Ayah, ibu maafkan aku. Sungguh ini semua pun tidak mudah bagiku. Aku sungguh sakit ketika meninggalkan kalian. Tapi aku keras kepala, aku keras hati. Sehingga tetap memilih untuk pergi.
Ayah, ibu maafkan aku. Banyak hal yang aku sembunyikan dihadapan kalian. Aku sudah lelah bertahan. Aku lelah melihatkan bahwa aku kuat. Aku ingin berhenti membohongi diri.
Ayah, ibu. Mungkin menurut mereka aku pencundang. KArena aku lari membawa diri jauh-jauh dari semua orang yang tak ingin aku temui. Tapi biar saja mereka berkata apa. Ku bilang aku sedang menyelamatkan hatiku. Aku ingin bahagia dan aku berhak bahagia.
Ayah, ibu. Selama aku jauh dari kalian. Sungguh banyak ketakutan yang aku rasakan. Aku takut aku akan benar-benar jauh dari kalian. Aku takut ketika aku diperantauan, kalian akan di ambil Allah. Aku takut, sungguh!
Tapi aku mencoba berpikir positif kepada Allah. Bahwa Allah yang memiliki segala yang ku miliki di bumi ini. Senoga Allah berkenan menjaga kalian.
Ayah, ibu maafkan aku. Kalian harus tahu bahwa sebanyak apapun kata tidak akan mampu mengungkapkan betapa aku mencintai kalian. ,
Hujan di akhir bulan juni
Hujan di akhir bulan juni
Ada yang kulepaskan
Ada yang kurelakan
Demi kebaikan hati
Karena cinta tak melulu soal bahagia
Tapi sebenarnya luka dapat terasa biasa saja
Jika kamu perduli dan sedikit saja menoleh ke sini
Syukuri keberadaanku, lihat aku
Hujan di akhir bulan juni
Dalam cinta dan luka yang diselipi rindu
aku memaksa hati untuk tidak mencarimu
Membiasakan diri untuk tidak mengingatmu
Aku kurang apa?
Bisakah kamu menemukan seseorang yang lebih menerima dirimu apa adanya daripada aku?
Bisakah kamu menemukan seseorang yang seperti apa yang hatimu mau?
Yang ku tahu dan kumengerti
Cinta bukan hanya sekedar ketertarikan fisik
Tapi jauh lebih bermakna dari itu
Cinta adalah ketulusan hati
Hujan di akhir bulan juni
Semoga suatu saat kamu akan mengerti
Akan cinta yang sebenarnya
Tidak melulu tentang rupa
Selamat malam
Salam hangat untukmu
Ada yang kulepaskan
Ada yang kurelakan
Demi kebaikan hati
Karena cinta tak melulu soal bahagia
Tapi sebenarnya luka dapat terasa biasa saja
Jika kamu perduli dan sedikit saja menoleh ke sini
Syukuri keberadaanku, lihat aku
Hujan di akhir bulan juni
Dalam cinta dan luka yang diselipi rindu
aku memaksa hati untuk tidak mencarimu
Membiasakan diri untuk tidak mengingatmu
Aku kurang apa?
Bisakah kamu menemukan seseorang yang lebih menerima dirimu apa adanya daripada aku?
Bisakah kamu menemukan seseorang yang seperti apa yang hatimu mau?
Yang ku tahu dan kumengerti
Cinta bukan hanya sekedar ketertarikan fisik
Tapi jauh lebih bermakna dari itu
Cinta adalah ketulusan hati
Hujan di akhir bulan juni
Semoga suatu saat kamu akan mengerti
Akan cinta yang sebenarnya
Tidak melulu tentang rupa
Selamat malam
Salam hangat untukmu
Kenapa?
Mungkin banyak yang bertanya, kenapa aku mau kerja jauh-jauh dari kota? Kenapa aku mau kerja di kampung? Kenapa aku mau tinggal di kampung?
Ini bukan masalah seberapa besar gaji dan tunjangan yang aku dapat disini. Bukan masalah mencari materi. Jujur yang aku cari adalah ketenangan hati. Jauh dari ingar bingar ibu kota. Mencari ketenangan agar dapat lebih dekat dengan Allah. Aku hanya ingin itu.
Insya Allah disini, aku akan mendapatkan ketenangan yang aku mau. Aku bisa lebih merenungkan tentang kehidupanku. Aku bisa lebih bersyukur dengan apa yang aku punya. Bisa lebih tawadhu. Bisa lebih rendah hati. Bisa menanamkan dalam pikiranku bahwa, kita manusia itu sama dihadapan Allah. Bukan harta benda yang menjadikan kita hebat dimata-Nya tapi iman kita. Seberapa taatnya kita pada perintah-Nya.
Disini listrik nyala hanya dari jam 6 sore sampai jam 7 pagi. Jadi dari jam 7 pagi sampai jam 6 sorenya tidak ada listrik. Sedangkan air hanya mengalir pada jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Kenapa aku masih mau disini dengan keadaan begitu?
Insya Allah seperti niat yang aku paparkan di atas. Aku ingin mencari ketenangan. Aku ingin dekat dengan-Nya.
Karena hanya dikampung yang masih kental dengan agamalah aku bisa mendapatkan apa yang aku mau.
Disini aku senang ketika melihat anak-anak kecil pergi mengaji. Mushola-mushola dan masjid yang selalu terisi jamaah. Aku senang.
Semoga saja aku betah disini. Semoga saja aku baik-baik saja disini. Dan semoga Allah selalu menjaga Bapak, Mamak, dan Adik yang aku tinggalkan di kota sana. Semoga Allah mengerti dan memberikan yang terbaik pada keluargaku.
*Sesekali tengoklah sekelilingmu lalu bersyukurlah :)
Ini bukan masalah seberapa besar gaji dan tunjangan yang aku dapat disini. Bukan masalah mencari materi. Jujur yang aku cari adalah ketenangan hati. Jauh dari ingar bingar ibu kota. Mencari ketenangan agar dapat lebih dekat dengan Allah. Aku hanya ingin itu.
Insya Allah disini, aku akan mendapatkan ketenangan yang aku mau. Aku bisa lebih merenungkan tentang kehidupanku. Aku bisa lebih bersyukur dengan apa yang aku punya. Bisa lebih tawadhu. Bisa lebih rendah hati. Bisa menanamkan dalam pikiranku bahwa, kita manusia itu sama dihadapan Allah. Bukan harta benda yang menjadikan kita hebat dimata-Nya tapi iman kita. Seberapa taatnya kita pada perintah-Nya.
Disini listrik nyala hanya dari jam 6 sore sampai jam 7 pagi. Jadi dari jam 7 pagi sampai jam 6 sorenya tidak ada listrik. Sedangkan air hanya mengalir pada jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Kenapa aku masih mau disini dengan keadaan begitu?
Insya Allah seperti niat yang aku paparkan di atas. Aku ingin mencari ketenangan. Aku ingin dekat dengan-Nya.
Karena hanya dikampung yang masih kental dengan agamalah aku bisa mendapatkan apa yang aku mau.
Disini aku senang ketika melihat anak-anak kecil pergi mengaji. Mushola-mushola dan masjid yang selalu terisi jamaah. Aku senang.
Semoga saja aku betah disini. Semoga saja aku baik-baik saja disini. Dan semoga Allah selalu menjaga Bapak, Mamak, dan Adik yang aku tinggalkan di kota sana. Semoga Allah mengerti dan memberikan yang terbaik pada keluargaku.
*Sesekali tengoklah sekelilingmu lalu bersyukurlah :)
Senja Tanpamu
Senja kesekian yang kulalui tanpamu
Kali ini ditemani suara hujan
Tiap rintiknya menghasilkan melody yang
Entah menimbulkan kebahagiaan ataukah kesedihan
Aku hanya ingin menuliskan ini
Tidak menyesali, hanya mengingat-ingat
Belum bisa lupa karena kamu terlalu melekat dikepala
Bukan mengenai dirimu tapi mengenai nasehatmu
Ketika aku cemburu kamu berkata aku tidak boleh begitu
Ketika aku berbicara soal cinta
Kamu berkata lebih baik aku berbakti kepada orangtua dulu
Barulah aku belajar mencintaimu
Aku belum bisa lupa pada sosokmu yang mengajarkanku cinta kepada-Nya
Tapi DIA ingatkan aku bahwa kamu hanya sementara
Bahwa aku harus mencintamu karena-Nya
DIA cemburu lalu membawamu pergi dari kehidupanku
Dulu aku sakit hati
Tapi kini aku relakan kamu pergi
Seperti katamu
Cintai Allah dulu lalu orangtua barulah mencintaimu
Aku sedang belajar memposisikan cintaku
Kali ini ditemani suara hujan
Tiap rintiknya menghasilkan melody yang
Entah menimbulkan kebahagiaan ataukah kesedihan
Aku hanya ingin menuliskan ini
Tidak menyesali, hanya mengingat-ingat
Belum bisa lupa karena kamu terlalu melekat dikepala
Bukan mengenai dirimu tapi mengenai nasehatmu
Ketika aku cemburu kamu berkata aku tidak boleh begitu
Ketika aku berbicara soal cinta
Kamu berkata lebih baik aku berbakti kepada orangtua dulu
Barulah aku belajar mencintaimu
Aku belum bisa lupa pada sosokmu yang mengajarkanku cinta kepada-Nya
Tapi DIA ingatkan aku bahwa kamu hanya sementara
Bahwa aku harus mencintamu karena-Nya
DIA cemburu lalu membawamu pergi dari kehidupanku
Dulu aku sakit hati
Tapi kini aku relakan kamu pergi
Seperti katamu
Cintai Allah dulu lalu orangtua barulah mencintaimu
Aku sedang belajar memposisikan cintaku
Setulus Bunga Lyli, Aku Mencintaimu
Ini aku, menunggumu dengan penuh senyum. Dadaku sesak penuh dengan perasaan bahagia. Ku pastikan malam ini aku akan membuatmu terpesona. Sebelumnya, belum pernah aku begitu lama mematut diri di depan cermin. Bingung memilih pakaian apa yang pas ku pakai. Aku seperti wanita saja. Padahal kata orang aku bisa dengan mudahnya meluluhkan hati wanita. Cukup tersenyum saja. Tapi kali ini berbeda. Kali ini aku akan bertemu denganmu. Kamu. Iya kamu, yang telah mengambil hatiku. Tidak. Sepertinya lebih tepatnya aku yang telah menjatuhkan hatiku kepadamu.
Biasanya aku paling tidak suka menunggu. Tapi kali ini ritual menungguku berbeda. Aku menunggu dengan perasaan bercampur aduk dalam hatiku. Antara bahagia, deg-deg'an hingga takut. Iya aku takut. Karena malam ini aku akan mengungkapkan isi hatiku padamu. Aku ingin jujur padamu.
Aku bukan lelaki romantis. Tidak puitis bahkan benci dengan hal-hal yang melankolis. Tapi tadi dalam perjalanan ke sini, ketika melewati kios penjual bunga. Aku berhenti didepan sana. Memilih untuk membelikanmu bunga. Bukan mawar. Aku membelikanmu bunga lily putih. Lebih tulus daripada mawar, menurutku.
Suara pintu terbuka membuatku refleks menoleh pintu masuk di cafe ini. Di sana, kamu dengan keteduhan wajahmu dan senyum manismu berjalan menujuku. Sederhana tapi manis. Itu yang membuatku jatuh cinta. "Maaf membuatmu lama menunggu" katamu ketika sampai di meja kita. Aku tersenyum berkata "tidak apa-apa, aku belum menunggu lama". Kita sempat terdiam beberapa lama lalu aku memberikanmu bunga itu, bunga lily yang tadi ku beli. Kamu menerimanya, bahagia. "Terima kasih" katamu. Aku mengangguk dan tidak henti-hentinya tersenyum memandangmu. Tuhan aku benar-benar telah jatuh cinta.
Betapa aku bersyukur atas malam ini. Atas kesempatan ini. Atas kebahagiaan ini. "Tuhan aku ingin merasakan bahagia ini setiap hari. Seumur hidupku. Bolehlah?" Pintaku dalam hati.
Dengan hati-hati aku mengajaknu bicara, pelan-pelan menjurus membahas tentang cinta. "Cinta itu seperti bunga lily, tulus meski para pecinta lebih memilih mawar daripada ia" katamu. "Aku ingin mencintaimu. Setiap waktu, seumur hidupku. Bolehlah?" Kataku langsung memintamu. "Terkadang apa yang kita inginkan tidak bisa langsung kita dapatkan. Biar waktu yang menunjukan jalan" jawabmu.
Dan malam itu berakhir dengan harapan sang waktu akan berbaik hati mau memberikan kesempatan lagi.
"Setulus bunga lily, aku mencintaimu"
Biasanya aku paling tidak suka menunggu. Tapi kali ini ritual menungguku berbeda. Aku menunggu dengan perasaan bercampur aduk dalam hatiku. Antara bahagia, deg-deg'an hingga takut. Iya aku takut. Karena malam ini aku akan mengungkapkan isi hatiku padamu. Aku ingin jujur padamu.
Aku bukan lelaki romantis. Tidak puitis bahkan benci dengan hal-hal yang melankolis. Tapi tadi dalam perjalanan ke sini, ketika melewati kios penjual bunga. Aku berhenti didepan sana. Memilih untuk membelikanmu bunga. Bukan mawar. Aku membelikanmu bunga lily putih. Lebih tulus daripada mawar, menurutku.
Suara pintu terbuka membuatku refleks menoleh pintu masuk di cafe ini. Di sana, kamu dengan keteduhan wajahmu dan senyum manismu berjalan menujuku. Sederhana tapi manis. Itu yang membuatku jatuh cinta. "Maaf membuatmu lama menunggu" katamu ketika sampai di meja kita. Aku tersenyum berkata "tidak apa-apa, aku belum menunggu lama". Kita sempat terdiam beberapa lama lalu aku memberikanmu bunga itu, bunga lily yang tadi ku beli. Kamu menerimanya, bahagia. "Terima kasih" katamu. Aku mengangguk dan tidak henti-hentinya tersenyum memandangmu. Tuhan aku benar-benar telah jatuh cinta.
Betapa aku bersyukur atas malam ini. Atas kesempatan ini. Atas kebahagiaan ini. "Tuhan aku ingin merasakan bahagia ini setiap hari. Seumur hidupku. Bolehlah?" Pintaku dalam hati.
Dengan hati-hati aku mengajaknu bicara, pelan-pelan menjurus membahas tentang cinta. "Cinta itu seperti bunga lily, tulus meski para pecinta lebih memilih mawar daripada ia" katamu. "Aku ingin mencintaimu. Setiap waktu, seumur hidupku. Bolehlah?" Kataku langsung memintamu. "Terkadang apa yang kita inginkan tidak bisa langsung kita dapatkan. Biar waktu yang menunjukan jalan" jawabmu.
Dan malam itu berakhir dengan harapan sang waktu akan berbaik hati mau memberikan kesempatan lagi.
"Setulus bunga lily, aku mencintaimu"
Aku Mencintaimu Dengan Sadar
Aku mencintaimu dengan kesadaran penuh
Sadar bahwa mungkin aku akan terluka lagi
Sadar bahwa hatimu telah untuk orang lain
Sadar bahwa aku mencintaimu sendirian
Jika dapat memilih
Aku ingin tidak tahu apa-apa
Tidak bisa membaca hatimu
Yang dapat membuatku sedih sendiri
Jika dapat memilih
Aku ingin segera lupa
Menghapus semua cerita
Saat kau masih memberiku rasa bahagia bukannya luka
Tapi pengertian yang ku dapat ketika aku jatuh cinta
Bahwa cinta satu paket dengan luka
tak akan membuat menyesal para pencinta
Menguatkan meski terasa sakit
Sadar bahwa mungkin aku akan terluka lagi
Sadar bahwa hatimu telah untuk orang lain
Sadar bahwa aku mencintaimu sendirian
Jika dapat memilih
Aku ingin tidak tahu apa-apa
Tidak bisa membaca hatimu
Yang dapat membuatku sedih sendiri
Jika dapat memilih
Aku ingin segera lupa
Menghapus semua cerita
Saat kau masih memberiku rasa bahagia bukannya luka
Tapi pengertian yang ku dapat ketika aku jatuh cinta
Bahwa cinta satu paket dengan luka
tak akan membuat menyesal para pencinta
Menguatkan meski terasa sakit
Bunga Mawar
Bunga mawar disudut ruangan itu telah layu. Kamu masih ingat tidak? Bunga mawar itu kamu beli ketika kita pulang makan malam bersama. Ketika hendak ke apartemenku, tanpa sengaja kita melewati kios bunga. Kamu langsung menarikku memasukinya. Memilih satu buket bunga mawar merah muda, "agar apartemenmu terlihat sedikit segar" katamu keika ku tanya mengapa bunga itu harus kau taruh di apartemenku.
Setiap hari, ketika kau datang ke apartemenku sekedar membawakanku makanan buatanmu, kamu akan mengurusi bunga itu. Sambil tersenyum dan bernyanyi. Lalu aku memperhatikan setiap tingakhmu dengan menikmati rasa bahagia yg menelusup dalam hatiku. Kamu mampu membuatku bahagia hanya dengan hal sederhana saja.
Suatu hari kau ajari aku bagaimana cara merawat bunga mawar itu. Mengganti airnya. Menatanya. Saat itu aku tidak benar-benar memperhatikan ajaranmu merawat bunga. Aku memperhatikan setiap detail wajahmu yang saat itu begitu dekat ada disampingku. Kamu, keindahan yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata.
Dan kini bunga mawar disudut ruangan itu telah layu. Seiring dengan kepergianmu. Tujuh hari yang lalu, tanpa berpamitan, tanpa diduga. Kau menutup mata. Meninggalkan luka yang harus ku sembuhkan sendirian. Kau tahu? Tanpamu semuanya tak lagi sama. Tanpamu bahagiaku pun ikut sirna.
Setiap hari, ketika kau datang ke apartemenku sekedar membawakanku makanan buatanmu, kamu akan mengurusi bunga itu. Sambil tersenyum dan bernyanyi. Lalu aku memperhatikan setiap tingakhmu dengan menikmati rasa bahagia yg menelusup dalam hatiku. Kamu mampu membuatku bahagia hanya dengan hal sederhana saja.
Suatu hari kau ajari aku bagaimana cara merawat bunga mawar itu. Mengganti airnya. Menatanya. Saat itu aku tidak benar-benar memperhatikan ajaranmu merawat bunga. Aku memperhatikan setiap detail wajahmu yang saat itu begitu dekat ada disampingku. Kamu, keindahan yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata.
Dan kini bunga mawar disudut ruangan itu telah layu. Seiring dengan kepergianmu. Tujuh hari yang lalu, tanpa berpamitan, tanpa diduga. Kau menutup mata. Meninggalkan luka yang harus ku sembuhkan sendirian. Kau tahu? Tanpamu semuanya tak lagi sama. Tanpamu bahagiaku pun ikut sirna.
-Berakhir begitu saja-
Aku pernah begitu mencintaimu. Dulu, tenggelam dalam rasa yang membuatku merasa nyaman. Iya dulu, aku pernah jatuh cinta padamu. Ku akui aku pernah bahagia dengan hal-hal kecil yang kau lakukan. Padahal bagi kebanyakan orang itu hanyalah hal yang biasa. Cinta memang buta kan?
Aku juga pernah menghabiskan waktuku untuk selalu mengkhawatirkanmu. Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu ingat untuk sholat lima waktu? Apakah kamu sempat makan meski sibuk dengan aktifitasmu?
Tiap malam-malamku juga pernah kuhabiskan untuk merindukanmu. Bertanya kenapa sudah seminggu atau dua minggu atau bahkan berbulan-bulan kamu tidak menghubungiku? sibuk kah? atau sudah lupa?
Dan aku juga pernah begitu bahagia hanya dengan melihat dilayar handphoneku ada pesan masuk darimu
Iya. Aku pernah merasakan itu semua. Kamu tidak tahu kan? tentu saja tidak tahu. Karena kamu terlalu egois hanya untuk memikirkan perasaanku. Bagimu wanita hanya untuk mainan saja. Bagimu hatiku hanya tempat persinggahan sementara yang mana kamu dapat datang lalu pergi lalu datang lagi.
Yang membuat kecewa itu, bagimu, kamu bisa saja meninggalkan satu wanita demi wanita lain yang lebih cantik darinya. Jika paras yg membuatmu jatuh cinta. Sungguh aku akan melepaskanmu dengan suka rela.
Aku pernah membiarkan waktuku untuk menunggumu. Kamu yang pergi dan lupa pada tempat kembali. Kini jangan besar rasa karena dulu aku pernah mempertahankanmu. Aku juga bisa melepaskanmu. Kamu bisa kenapa aku tidak? iya kan?
Jangan egois. Kamu ingin bahagia aku juga ingin bahagia
-Berakhir begitu saja-
Aku juga pernah menghabiskan waktuku untuk selalu mengkhawatirkanmu. Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu ingat untuk sholat lima waktu? Apakah kamu sempat makan meski sibuk dengan aktifitasmu?
Tiap malam-malamku juga pernah kuhabiskan untuk merindukanmu. Bertanya kenapa sudah seminggu atau dua minggu atau bahkan berbulan-bulan kamu tidak menghubungiku? sibuk kah? atau sudah lupa?
Dan aku juga pernah begitu bahagia hanya dengan melihat dilayar handphoneku ada pesan masuk darimu
Iya. Aku pernah merasakan itu semua. Kamu tidak tahu kan? tentu saja tidak tahu. Karena kamu terlalu egois hanya untuk memikirkan perasaanku. Bagimu wanita hanya untuk mainan saja. Bagimu hatiku hanya tempat persinggahan sementara yang mana kamu dapat datang lalu pergi lalu datang lagi.
Yang membuat kecewa itu, bagimu, kamu bisa saja meninggalkan satu wanita demi wanita lain yang lebih cantik darinya. Jika paras yg membuatmu jatuh cinta. Sungguh aku akan melepaskanmu dengan suka rela.
Aku pernah membiarkan waktuku untuk menunggumu. Kamu yang pergi dan lupa pada tempat kembali. Kini jangan besar rasa karena dulu aku pernah mempertahankanmu. Aku juga bisa melepaskanmu. Kamu bisa kenapa aku tidak? iya kan?
Jangan egois. Kamu ingin bahagia aku juga ingin bahagia
-Berakhir begitu saja-
Bapak Aku Mencintaimu
Lelaki yang pertama kali ku lihat ketika aku lahir kedunia ini adalah dirimu, Bapak. Kau juga yang pertama kali mengenalkan padaku ayat-ayat dari Allah ketika kau adzan ditelingaku. Dan aku menangis tapi aku yakin, diriku yang masih bayi itu merasa aman. Bersyukur karena kau yang akan menjagaku bersama ibu.
Kau memang tidak pernah berkata bahwa kau menyayangiku tapi seluruh perbuatanmu itu cukup membuatku mengerti bahwa aku adalah segalanya bagimu. Aku juga tahu disetiap sujudmu, kamu tak pernah lupa untuk berdoa mengenai kehidupanku. Agar aku mudah melangkah dalam menjalani hidup ini.
Jika aku sakit, kau orang pertama yang siap siaga mengantarkanku pergi berobat. Tak kenal lelah meski kau baru pulang bekerja. Dulu tak terhitung berapa kali dalam setahun kau mengantarkanku berobat ke rumah sakit. Kini ku buktikan bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak sakit-sakitan lagi.
Aku punya kebiasaan yang tak pernah kau tahu, pak. Ketika kau tertidur aku sering memandangi wajah lelahmu. Memandang lekat-lekat sambil menahan tangis. Lalu aku berjanji pada diriku sendiri, aku harus mebanggakanmu, aku harus membahagiakanmu, aku tidak boleh mempermalukanmu. Karena itu kamulah menjadi motifator terbesarku untuk aku mencapai segala cita-citaku.
Aku tidak tahu apalagi yang harus ku tuliskan mengenaimu. Banyak sekali hal tentangmu yang ku simpan dalan hatiku. Banyak sekali nasehatmu yang ku pegang erat. Seperti ketika kau berkata bahwa aku harus sekolah yang benar, belajar yang rajin, karena engkau bukanlah orang kaya yang bisa mewariskan harta padaku ketika kau telah tiada nanti. Tapi hanya dengan ilmu itulah kau memberikanku pegangan untukku hidup dan tetap dapat menghidupi diriku sendiri jika kau pergi nanti. Kau juga pernah berpesan bahwa kemanapun aku pergi, apapun yang aku lakukan. Aku membawa nama baik orangtua dan keluarga. Sehingga jika aku melakukan kesalahan ataupun perbuatan tercela pasti orang-orang tidak hanya menanyakan siapa namaku. Orang-orang pasti akan bertanya lagi, siapa orangtuanya, siapa kakaknya, dan siapa adiknya. Kesalahan apapun itu tidak hanya aku yang menanggung.
Seminggu lagi aku akan pergi jauh meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi bisu tempatku tumbuh hingga seperti ini. Minggu lalu aku diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan di desa. Sebelumnya ketika aku ingin mengikuti tes penerimaan pegawai ini. Ibu melarangku tapi kau, bapak melepaskanku dengan rela. Katamu aku harus belajar hidup tanpa kalian berdua, tanpa Bapak dan ibu. Dan ketika mobil yang ku tumpangi yang membawaku menuju ke tempat daerah tes itu berangkat. Sungguh aku dengan susah payah menahan tangis. Kini aku bukanlah putri kecilmu yang dulu. Yang sering kau gendong tinggi-tinggi, yang sering kau ajak bermain.
Kepergianku meninggalkan rumah dengan sejuta doa yang ku ucap dalam hatiku. Semoga Allah melindungi Bapak dan Ibu. Dan aku tak kuasa menahan air mata ketika aku mencium telapak tangan Bapak. Seperti biasa, bapak akan memegang puncak kepalaku lalu mengucapkan salawat nabi untukku.
Allah tolong jaga kedua orangtuaku
Hari ini pak, orang-orang sedang memperingati Hari Ayah. Berjuta ucapan dan doa terucap untuk para Ayah. Aku pun ingin memberikanmu sebuah ucapan.
Bapak, selamat hari Ayah. Aku menyayangimu dengan segenap hatiku. Terimakasih karena telah menjagaku dengan sangat baik. Terimakasih karena telah menjadi Bapak yang sangat baik untukku. Aku hanya dapat mendoakanmu aku tidak akan pernah bisa membalasmu.
Bapak aku mencintaimu
Kau memang tidak pernah berkata bahwa kau menyayangiku tapi seluruh perbuatanmu itu cukup membuatku mengerti bahwa aku adalah segalanya bagimu. Aku juga tahu disetiap sujudmu, kamu tak pernah lupa untuk berdoa mengenai kehidupanku. Agar aku mudah melangkah dalam menjalani hidup ini.
Jika aku sakit, kau orang pertama yang siap siaga mengantarkanku pergi berobat. Tak kenal lelah meski kau baru pulang bekerja. Dulu tak terhitung berapa kali dalam setahun kau mengantarkanku berobat ke rumah sakit. Kini ku buktikan bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak sakit-sakitan lagi.
Aku punya kebiasaan yang tak pernah kau tahu, pak. Ketika kau tertidur aku sering memandangi wajah lelahmu. Memandang lekat-lekat sambil menahan tangis. Lalu aku berjanji pada diriku sendiri, aku harus mebanggakanmu, aku harus membahagiakanmu, aku tidak boleh mempermalukanmu. Karena itu kamulah menjadi motifator terbesarku untuk aku mencapai segala cita-citaku.
Aku tidak tahu apalagi yang harus ku tuliskan mengenaimu. Banyak sekali hal tentangmu yang ku simpan dalan hatiku. Banyak sekali nasehatmu yang ku pegang erat. Seperti ketika kau berkata bahwa aku harus sekolah yang benar, belajar yang rajin, karena engkau bukanlah orang kaya yang bisa mewariskan harta padaku ketika kau telah tiada nanti. Tapi hanya dengan ilmu itulah kau memberikanku pegangan untukku hidup dan tetap dapat menghidupi diriku sendiri jika kau pergi nanti. Kau juga pernah berpesan bahwa kemanapun aku pergi, apapun yang aku lakukan. Aku membawa nama baik orangtua dan keluarga. Sehingga jika aku melakukan kesalahan ataupun perbuatan tercela pasti orang-orang tidak hanya menanyakan siapa namaku. Orang-orang pasti akan bertanya lagi, siapa orangtuanya, siapa kakaknya, dan siapa adiknya. Kesalahan apapun itu tidak hanya aku yang menanggung.
Seminggu lagi aku akan pergi jauh meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi bisu tempatku tumbuh hingga seperti ini. Minggu lalu aku diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan di desa. Sebelumnya ketika aku ingin mengikuti tes penerimaan pegawai ini. Ibu melarangku tapi kau, bapak melepaskanku dengan rela. Katamu aku harus belajar hidup tanpa kalian berdua, tanpa Bapak dan ibu. Dan ketika mobil yang ku tumpangi yang membawaku menuju ke tempat daerah tes itu berangkat. Sungguh aku dengan susah payah menahan tangis. Kini aku bukanlah putri kecilmu yang dulu. Yang sering kau gendong tinggi-tinggi, yang sering kau ajak bermain.
Kepergianku meninggalkan rumah dengan sejuta doa yang ku ucap dalam hatiku. Semoga Allah melindungi Bapak dan Ibu. Dan aku tak kuasa menahan air mata ketika aku mencium telapak tangan Bapak. Seperti biasa, bapak akan memegang puncak kepalaku lalu mengucapkan salawat nabi untukku.
Allah tolong jaga kedua orangtuaku
Hari ini pak, orang-orang sedang memperingati Hari Ayah. Berjuta ucapan dan doa terucap untuk para Ayah. Aku pun ingin memberikanmu sebuah ucapan.
Bapak, selamat hari Ayah. Aku menyayangimu dengan segenap hatiku. Terimakasih karena telah menjagaku dengan sangat baik. Terimakasih karena telah menjadi Bapak yang sangat baik untukku. Aku hanya dapat mendoakanmu aku tidak akan pernah bisa membalasmu.
Bapak aku mencintaimu
Biasa Saja
Ketika aku berkata "hati-hati disana"
Itu sungguh aku sedang mengkhawatirkanmu
Ingin kamu baik-baik saja
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Ketika aku berkata "sudah makankah? Istirahat yang cukup ya"
Itu sungguh aku sedang mengkhawatirkanmu
Ingin kamu tetap sehat selalu
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Ketika aku berkata "belajar yang benar. Kasihan orang tuamu"
Itu sungguh aku sedang mengkhawatirkanmu
Ingin kamu jangan mengecewakan kedua orang tuamu
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Iya. Di balik semua kalimat yang aku ucapkan
Sungguh aku ingin kamu baik-baik saja
Aku ingin kamu jangan sampai berbuat salah
Aku ingin kamu mendapatkan yang terbaik
Tentang cita-citamu, membanggakan orang tuamu
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Iya. Biasa saja
Samarinda, 5 Maret 2014
Itu sungguh aku sedang mengkhawatirkanmu
Ingin kamu baik-baik saja
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Ketika aku berkata "sudah makankah? Istirahat yang cukup ya"
Itu sungguh aku sedang mengkhawatirkanmu
Ingin kamu tetap sehat selalu
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Ketika aku berkata "belajar yang benar. Kasihan orang tuamu"
Itu sungguh aku sedang mengkhawatirkanmu
Ingin kamu jangan mengecewakan kedua orang tuamu
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Iya. Di balik semua kalimat yang aku ucapkan
Sungguh aku ingin kamu baik-baik saja
Aku ingin kamu jangan sampai berbuat salah
Aku ingin kamu mendapatkan yang terbaik
Tentang cita-citamu, membanggakan orang tuamu
Tapi mungkin bagimu itu biasa saja
Iya. Biasa saja
Samarinda, 5 Maret 2014
Aku Sungguh Mengerti, Tuan
Aku sungguh mengerti, tuan
Bahwa untuk mendapatkan sesuatu
Kita harus berjuang
Aku sungguh mengerti
Tapi aku tidak tahu berjuang yang seperti apa yang harus aku lakukan
Sungguh tidak nyamannya jadi perempuan, tuan
Yang kata sebagian orang hanya bisa menunggu
Yang kata sebagiannya lagi boleh berjuang
Tetapi kataku, aku memperjuangkanmu dengan doa saja
Bolehkah?
Terkadang pasti muncul rasa takut
Jika akhirnya nanti bukan kamu
Jika akhirnya nanti tidak bisa menjadi "kita"
Tetapi, lagi-lagi setulusnya doa adalah yang tetap terucap meski tak tau akhirnya kan terkabul atau tidak
Kamu temanku. Teman dekatku. Sudah terlalu dekat
Aku takut jika mengungkap aku akan kehilangan teman
Jika aku tetap menyimpan aku akan kehilangan kamu
Mengapa terlihat rumit ya
Tapi aku tetap memilih menyimpannya
Sampai waktunya tiba
Aku telah menpersiapkan waktu kapan semua akan terungkap
Entah aku akan tau jawabannya sebelum aku mengungkap atau setelah aku mengungkap
Aku terima
Bukankah di atas segalanya penerimaanlah yang paling penting
Menerima jika hanya sampai batas menunggu
Menerima jika nanti kamu datang bukan untukku
Menerima jika nanti kamu datang tidak berkata "aku juga mencintaimu"
Tidak apa-apa
Bahwa untuk mendapatkan sesuatu
Kita harus berjuang
Aku sungguh mengerti
Tapi aku tidak tahu berjuang yang seperti apa yang harus aku lakukan
Sungguh tidak nyamannya jadi perempuan, tuan
Yang kata sebagian orang hanya bisa menunggu
Yang kata sebagiannya lagi boleh berjuang
Tetapi kataku, aku memperjuangkanmu dengan doa saja
Bolehkah?
Terkadang pasti muncul rasa takut
Jika akhirnya nanti bukan kamu
Jika akhirnya nanti tidak bisa menjadi "kita"
Tetapi, lagi-lagi setulusnya doa adalah yang tetap terucap meski tak tau akhirnya kan terkabul atau tidak
Kamu temanku. Teman dekatku. Sudah terlalu dekat
Aku takut jika mengungkap aku akan kehilangan teman
Jika aku tetap menyimpan aku akan kehilangan kamu
Mengapa terlihat rumit ya
Tapi aku tetap memilih menyimpannya
Sampai waktunya tiba
Aku telah menpersiapkan waktu kapan semua akan terungkap
Entah aku akan tau jawabannya sebelum aku mengungkap atau setelah aku mengungkap
Aku terima
Bukankah di atas segalanya penerimaanlah yang paling penting
Menerima jika hanya sampai batas menunggu
Menerima jika nanti kamu datang bukan untukku
Menerima jika nanti kamu datang tidak berkata "aku juga mencintaimu"
Tidak apa-apa
Mengenangmu Dengan Tersenyum
Aku ingin belajar mengenangmu dengan tersenyum
Bahagia mengingat kamu pernah dan masih selalu bisa membuatku tertawa
Bahagia mengingat kamu selalu dapat membuat hal yang biasa saja terasa tidak biasa
Bahagia mengingat dengan melihat tawamu aku merasa telah memilikimu
Aku ingin belajar mengenangnu dengan tersenyum
Tidak ada luka
Tidak ada air mata
Aku ingin belajar mengenangmu dengan tersenyum
Bahwa sebaik-baiknya melepaskan adalah dengan sebuah senyuman
Bahwa merelakan akan lebih lapang jika kau mengiringi kepergiannya dengan senyuman
Aku ingin belajar mengenangmu dengan tersenyum
Bahwa setulus-tulusnya cinta
Adalah tetap bahagia bagaimanapun akhirnya
Kini, sungguh kau boleh pergi
Aku akan mengenangmu dengan tersenyum
Bahagia mengingat kamu pernah dan masih selalu bisa membuatku tertawa
Bahagia mengingat kamu selalu dapat membuat hal yang biasa saja terasa tidak biasa
Bahagia mengingat dengan melihat tawamu aku merasa telah memilikimu
Aku ingin belajar mengenangnu dengan tersenyum
Tidak ada luka
Tidak ada air mata
Aku ingin belajar mengenangmu dengan tersenyum
Bahwa sebaik-baiknya melepaskan adalah dengan sebuah senyuman
Bahwa merelakan akan lebih lapang jika kau mengiringi kepergiannya dengan senyuman
Aku ingin belajar mengenangmu dengan tersenyum
Bahwa setulus-tulusnya cinta
Adalah tetap bahagia bagaimanapun akhirnya
Kini, sungguh kau boleh pergi
Aku akan mengenangmu dengan tersenyum
Ini Cinta
Ini cinta yang mungkin sering kau baca dalam novel kisah-kisah cinta manusia
Ini cinta yang mungkin pernah kau dengar kisahnya dari kabar-kabar orang di sana
Tapi ini cinta yang pernahkah sebelumnya kau rasakan?
Pernahkah sebelumnya kau bepikir
Bagaimana jika menjadi "aku"
Bagaimana rasanya menjadi "aku"
Mencintaimu tanpa bisa berkata "aku cinta"
Merindukanmu tanpa bisa mengungkap "aku rindu"
Menyimpannya hanya untukku
Menggenggammu dengan tangan-tangan doaku
Pernahkah sebelumnya kau berpikir
Bagaimana rasanya ikhlas melepaskan kepergianmu
Bagaimana rasanya rela tersenyum ketika melihat punggungmu menjauh dariku
Pernahkah sebelumnya kau berpikir
Setidaknya jangan melukis kelam jika tak bisa memberi warna
Setidaknya jangan tingkalkan luka jika tak bisa menetap lebih lama
Bisakah kamu jadi aku? Sanggupkah?
Ini cinta. Lebih tulus dari yang bisa kamu rasa
Pengorbanan tanpa harus ku rasa sebagai pengorbanan
Doa tanpa ku ingat sesering apa aku mengucapkannya
Ini cinta yang mungkin pernah kau dengar kisahnya dari kabar-kabar orang di sana
Tapi ini cinta yang pernahkah sebelumnya kau rasakan?
Pernahkah sebelumnya kau bepikir
Bagaimana jika menjadi "aku"
Bagaimana rasanya menjadi "aku"
Mencintaimu tanpa bisa berkata "aku cinta"
Merindukanmu tanpa bisa mengungkap "aku rindu"
Menyimpannya hanya untukku
Menggenggammu dengan tangan-tangan doaku
Pernahkah sebelumnya kau berpikir
Bagaimana rasanya ikhlas melepaskan kepergianmu
Bagaimana rasanya rela tersenyum ketika melihat punggungmu menjauh dariku
Pernahkah sebelumnya kau berpikir
Setidaknya jangan melukis kelam jika tak bisa memberi warna
Setidaknya jangan tingkalkan luka jika tak bisa menetap lebih lama
Bisakah kamu jadi aku? Sanggupkah?
Ini cinta. Lebih tulus dari yang bisa kamu rasa
Pengorbanan tanpa harus ku rasa sebagai pengorbanan
Doa tanpa ku ingat sesering apa aku mengucapkannya
Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa aku tidak mencintainya
Dia yang mengajariku untuk selalu mencintai Allah di atas segalanya
Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta kepadanya
Dia yang selalu mengingatkanku bahwa orang tua yang nomor satu setelah itu baru kita
Bagaimana bisa aku melupakannya
Jika dia selalu menegurku jika aku alpa
Bagaimana bisa aku lari darinya
Jika dia selalu memperhatikan hal kecil dalam kehidupanku
Aku jatuh kepadanya sedalam rasa yang tak pernah dia duga
Dia yang mengajariku untuk selalu mencintai Allah di atas segalanya
Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta kepadanya
Dia yang selalu mengingatkanku bahwa orang tua yang nomor satu setelah itu baru kita
Bagaimana bisa aku melupakannya
Jika dia selalu menegurku jika aku alpa
Bagaimana bisa aku lari darinya
Jika dia selalu memperhatikan hal kecil dalam kehidupanku
Aku jatuh kepadanya sedalam rasa yang tak pernah dia duga
Satu Detik
23:40
Apa kau sudah terlelap tuan?
Atau masih tengah terjaga memandang bintang di atas loteng rumahmu
Tempat kesukaanmu
Dimana kamu dapat bebas memandangi langit
23:41
Apa yang sedang kau lakukan tuan?
Mungkinkah kau sedang berkomunikasi dengannya
Atau mungkin sedikit saja ada ingatan tentangku mampir dikepalamu
23:42
Aku masih terjaga tuan
Dalam sunyi, tengah lelah
Mengingatmu
23:43
Aku sedang memikirkanmu tuan
Ketika aku menulis ini
Kepalaku penuh dengan pertanyan-pertanyaan
Mengapa kau seperti tak ingin aku tinggalkan
Sedangkan dibelakang namamu bukan namaku yang kau gunakan
23:44
Masihkah kau terjaga tuan?
Masihkah kau bekomunikasi dengannya?
Aku masih terjaga
Aku masih memikirkanmu
23:45
Mataku terasa panas tuan
Dan perasaan tidak nyaman mulai menyelimuti hatiku
Sendu
Aku tidak akan ke mana-mana
Menoleh saja kebelakang, aku akan selalu ada
Tapi jika suatu saat kau tidak menemukanku di sana
Itulah saat dimana aku telah di bawa lari olehnya
Dia yang lebih bisa menghargai kehadiranku daripada dirimu
23:46
Kamu ada aku ada
Kamu pergi aku mencoba tetap di sini
Kamu kembali aku bertanya untuk apa kita lanjutkan lagi
23:47
Selamat malam tuan
Selamat memejam
Apa kau sudah terlelap tuan?
Atau masih tengah terjaga memandang bintang di atas loteng rumahmu
Tempat kesukaanmu
Dimana kamu dapat bebas memandangi langit
23:41
Apa yang sedang kau lakukan tuan?
Mungkinkah kau sedang berkomunikasi dengannya
Atau mungkin sedikit saja ada ingatan tentangku mampir dikepalamu
23:42
Aku masih terjaga tuan
Dalam sunyi, tengah lelah
Mengingatmu
23:43
Aku sedang memikirkanmu tuan
Ketika aku menulis ini
Kepalaku penuh dengan pertanyan-pertanyaan
Mengapa kau seperti tak ingin aku tinggalkan
Sedangkan dibelakang namamu bukan namaku yang kau gunakan
23:44
Masihkah kau terjaga tuan?
Masihkah kau bekomunikasi dengannya?
Aku masih terjaga
Aku masih memikirkanmu
23:45
Mataku terasa panas tuan
Dan perasaan tidak nyaman mulai menyelimuti hatiku
Sendu
Aku tidak akan ke mana-mana
Menoleh saja kebelakang, aku akan selalu ada
Tapi jika suatu saat kau tidak menemukanku di sana
Itulah saat dimana aku telah di bawa lari olehnya
Dia yang lebih bisa menghargai kehadiranku daripada dirimu
23:46
Kamu ada aku ada
Kamu pergi aku mencoba tetap di sini
Kamu kembali aku bertanya untuk apa kita lanjutkan lagi
23:47
Selamat malam tuan
Selamat memejam
Untuk Tuan Bermata Cokelat
Untuk tuan bermata cokelat
Kau sudah menjadi kenangan
Hidup di masa lalu
Namun waktu sering membawa ingatan tentangmu hadir kembali
Aku tak tahu kamu dimana
Aku tak tahu kabarmu seperti apa
Untuk tuan bermata cokelat
Aku pernah mencarimu
Mencari tahu dimana kamu sekarang
Mencari tahu kabarmu
Tapi tak ku temukan
Untuk tuan bermata cokelat
Telepon terakhirmu masih ku ingat
Suara adikmu yang berbicara denganku pun masih ku ingat
Ku pikir saat itu tidak akan menjadi akhir
Tenyata esok harinya aku harus belajar melupakanmu, tidak mencarimu
Untuk tuan bermata cokelat
Maaf dulu aku tidak bisa membaca rasamu
Maaf dulu aku hanya biasa saja padamu
Maaf dulu aku tidak membalas semua yang telah kamu beri
Untuk tuan bermata cokelat
Dimanapun kau berada kini
Aku harap hidupmu dipenuhi kebahagiaan
Dimanapun kau berada kini
Semoga ditemani seseorang yang lebih baik dariku
Untuk tuan bermata cokelat
Yang Hari ini hadir kembali dalam ingatan lewat mimp
Kau sudah menjadi kenangan
Hidup di masa lalu
Namun waktu sering membawa ingatan tentangmu hadir kembali
Aku tak tahu kamu dimana
Aku tak tahu kabarmu seperti apa
Untuk tuan bermata cokelat
Aku pernah mencarimu
Mencari tahu dimana kamu sekarang
Mencari tahu kabarmu
Tapi tak ku temukan
Untuk tuan bermata cokelat
Telepon terakhirmu masih ku ingat
Suara adikmu yang berbicara denganku pun masih ku ingat
Ku pikir saat itu tidak akan menjadi akhir
Tenyata esok harinya aku harus belajar melupakanmu, tidak mencarimu
Untuk tuan bermata cokelat
Maaf dulu aku tidak bisa membaca rasamu
Maaf dulu aku hanya biasa saja padamu
Maaf dulu aku tidak membalas semua yang telah kamu beri
Untuk tuan bermata cokelat
Dimanapun kau berada kini
Aku harap hidupmu dipenuhi kebahagiaan
Dimanapun kau berada kini
Semoga ditemani seseorang yang lebih baik dariku
Untuk tuan bermata cokelat
Yang Hari ini hadir kembali dalam ingatan lewat mimp
Pria Yang Duduk Dihadapanku
Pria yang duduk dihadapanku ini. Aku masih menyukainya. Bahkan semakin hari rasa ini tumbuh indah hanya untuknya. Lihatlah. Bagaimana bisa aku tidak jatuh kepadanya. Dia memiliki semua yang aku inginkan. Matanya yang indah, hidungnya, dagunya, bahkan lesung pipi yang hanya satu ada di pipi kirinya, aku suka.
Pria yang duduk dihadapanku saat ini. Dia tengah bercerita tentang pekerjaannya yang menumpuk. Tentang bosnya yang menjengkelkan. Wajahnya yang kesal sangat lucu bagiku. Menggemaskan. Dan sesekali dia menambahkan lelucon dalam ceritanya. Membuatku tertawa, dia juga tertawa dan aku suka.
Pria yang duduk dihadapanku saat ini. Betapa aku ingin menjaga bahagianya. Ingin selalu ada untuknya. Tanpa dia tahu, aku akan selalu ada dua langkah dibelakangnya. Yang jika dia bersedih tanganku bisa langsung menghapus air matanya dan menyuapi coklat untuknya. Membuat dia bahagia kembali.
Pria yang duduk dihadapanku saat ini. Aku suka.
Pria yang duduk dihadapanku saat ini. Dia tengah bercerita tentang pekerjaannya yang menumpuk. Tentang bosnya yang menjengkelkan. Wajahnya yang kesal sangat lucu bagiku. Menggemaskan. Dan sesekali dia menambahkan lelucon dalam ceritanya. Membuatku tertawa, dia juga tertawa dan aku suka.
Pria yang duduk dihadapanku saat ini. Betapa aku ingin menjaga bahagianya. Ingin selalu ada untuknya. Tanpa dia tahu, aku akan selalu ada dua langkah dibelakangnya. Yang jika dia bersedih tanganku bisa langsung menghapus air matanya dan menyuapi coklat untuknya. Membuat dia bahagia kembali.
Pria yang duduk dihadapanku saat ini. Aku suka.
Langganan:
Postingan (Atom)